Jumat, 30 September 2016

Filosofi Khilafah

Nabi Muhammad tidak menunjuk langsung siapa sebagai pengganti beliau selaku kepala negara. Urusan penting semacam ini diserahkan pada musyawarah umat. Begitu juga mengenai sistem pemerintahannya maupun aturan tata negara dan administrasi negara semua diserahkan pada kesepakatan umat.

Bahkan kalau kita mau jujur, tidak ada satupun ayat Qur'an dan Hadis Nabi yang secara tegas memerintahkan untuk mendirikan negara Islam. Yang ada adalah kewajiban mengikuti ulil amri: tapi bagaimana memilih, siapa yang dipilih, berapa lama ia berkuasa, apa bentuk kekuasaannya, dan bagaimana bentuk negara atau pemerintahannya, al-Qur'an tidak mengaturnya secara rinci.

Yang ada dalam literatur fiqh siyasah klasik adalah tarikhul muluk was salatin atau sejarah raja-raja dan sultan, dimana kemudian para ulama seperti Imam al-Mawardi merangkai serpihan sejarah dan petunjuk umum Nash menjadi doktrin fiqih siyasah.

Khilafah Usmani di Turki adalah kekhilafahan terakhir dalam Islam. Saat itu, semua penguasa di komunitas Islam mendapat "stempel" pengesyahan dari Turki. Jadi, seperti "Federasi" dengan negara-negara kecil dan Turki sebagai pusatnya. Negara-negara kecil itu sering di-supply oleh Turki baik dari sudut ekonomi maupun angkatan bersenjata. Lambat laun Turki "kedodoran" harus mengurusi semua itu, apalagi beberapa negara-negara kecil itu juga sedang berperang dengan negara barat yg ingin menjajah mereka. Turki tidak mungkin mengurusi semua problem itu.

Dalam kondisi seperti ini, pada tahun 1924 Mustafa Kemal berpidato: "Saya harus akui bahwa dalam kondisi seperti ini, jika mereka mengangkat saya sebagai Khalifah, saya akan langsung berhenti....mereka yang mendukung Khilafah universal sejauh ini menolak untuk memberikan bantuan kepada Turki. lantas apa yang mereka harapkan? Masak Turki sendirian yang menanggung beban ini!".

Ketika Khilafah Usmani dibubarkan, para ulama di pelosok negeri terkejut dan mengecam Mustafa Kemal habis-habisan. Mereka menuduh Kemal dipengaruhi negara barat, Kemal sudah murtad, dst...Namun kitapun bertanya-tanya: kenapa nggak ada pemimpin di negara Islam lainnya yg kemudian mengambil alih tanggungjawab ke-khilafah-an tsb? Kenapa pemimpin Islam lainnya cuma mengecam dan tidak ada yang mengambil alih ke-khilafah-an itu?

Pertama, mereka sadar bahwa mengurus negeri mereka saja, mereka sudah setengah mati kepayahan. Masak mau ngurusin orang lain. Pada tahun 1924 itu ekonomi dunia juga belum sebaik sekarang. Teknologi dan transportasi belum secanggih sekarang. Komunikasi antar negara2 Islam masih memakai jalur tradisional. Indonesia pun belum merdeka saat itu. Nahdlatul Ulama baru berdiri dua tahun setelah khilafah bubar.

Kedua, para ulama Mesir berinisiatif membuat semacam Muktamar Dunia Islam tahun 1926 Sebagian ingin agar Raja Fuad (Mesir) dipilih menjadi khalifah. Namun Fuad menolak pencalonannya itu. Raja Husain dari Yordania kemudian mengirim telegram yg menyatakan dirinya sebagai khalifah, dan ia tidak mau mengakui orang lain sebagai khalifah.

Syaukat Ali, seorang ulama besar India, menulis bahwa ia tetap mengakui bahwa Sultan Abdul Majid (khalifah yang dibubarkan oleh Kemal) sebagai khalifah yang sah. Tentu saja ulama lain dan penguasa negeri lain menolak klaim Raja Husain dan Syaukat Ali tsb. Muktamar akhirnya gagal mencapai kata sepakat dan Syaikh adh-Dhowahiri membubarkan acara tsb. Dan layar pun tertutup menutup episode khilafah ini.

Untuk itu, meskipun dalam teori fiqh siyasah klasik seorang khalifah bisa dibai'at oleh 5 orang saja, dalam kenyataannya sulit sekali menjadi khalifah saat ini, dalam arti menjadi pemimpin seluruh negara Islam. Beban ekonomi yang harus ditanggung begitu besar. Belum lagi, beranekaragam mazhab, kepentingan, organisasi, partai dalam tubuh ummat Islam yg menghalangi itu semua. Jadi, sebelum terburu-buru menyalahkan politik barat yg konon ingin menghancurkan Islam, kita introspeksi
saja kondisi ummat kita sendiri.

Bagaimana soal kondisi ummat pasca-khilafah? Yang ada sekarang ialah negara-negara Islam yang dilandasi oleh nasionalisme Islam (Qaumiyah Islamiyah), yaitu negara nasional di mana Islam dijadikan sebagai agama resmi. Saudi Arabia, Mesir dan Pakistan misalnya, adalah negara nasional yang menjadikan Islam sebagai agama resminya. Kenyataan demikian ini (adanya beberapa negara nasional
Islam, ad-Duwal al-Islamiyah al-Qaumiyah) membawa kita kepada dinamika Fiqih Siyasah yang amat dinamis. Bentuk Kerajaan yang digunakan Saudi Arabia, berbeda dengan sistem yang dianut di Pakistan. Malaysia yang menganut sistem parlementer dengan Perdana Menteri berbeda dengan Indonesia yang menganut sistem presidensil yang dipimpin oleh presiden. Beda sistem, tentu beda pula cara memilih pemimpinnya. Walhasil Konstitusi dalam negara-negara Islam juga berbeda-beda isinya. Semua memilih bentuk kenegaraan yang paling maslahat untuk warga negaranya.

Di sini terjadi ketimpangan antara literatur fiqih siyasah klasik dengan perkembangan negara modern di dunia Islam. Literatur klasik masih bicara hal-hal seperti darul Islam, darul harbi, kafir dhimmi, kafir harbi, ba'iat, dan seterusnya padahal konsep khilafah telah berganti menjadi negara-bangsa, kategori kafir dhimmi berganti konsep kewarganegaraan, dan konsep ba'iat sudah diperluas dalam sistem pemilu yang berbeda-beda antara satu negara dengan lainnya.

Banyak yang alpa bahwa pada jaman dinasti umayyah dan abbasiyah itu gak ada sistem pemilu seperti sekarang. Yang ada sistem kekeluargaan turun temurun mirip Saudi Arabia. Itu konteksnya para ulama membahas pengangkatan mereka yang tidak kompeten atau tidak taat (fasiq) sbg khalifah. Ya karena kadung sudah diangkat maka ulama bilang gak apa-apa lah daripada gak ada pemimpin. Yang penting jangan ada pemberontakan pada pemimpin yg sudah diangkat secara sah.

Ini tentu tidak cocok kalau dikaitkan ke jaman sekarang: biar saja gak kompeten, gak taat asalkan dia muslim ya kita terima saja sebagai pemimpin. Sekarang ada sistem pemilu dimana rakyat punya pilihan ya tentu saja beda konteksnya. Pemimpin sekarang bukan ditunjuk atas dasar nasab seperti jaman khilafah abbasiyah tapi dipilih langsung oleh rakyat. Rakyat berhak mendapat yang terbaik.

Pemisahan kekuasaan juga sudah terjadi, kalau dulu Khalifah menjadi pusat kekuasaan, sekarang kekuasaan sudah dipecah menjadi eksekutif, yudikatif dan legislatif. Ada mekanisme checks and balances di antara ketiga lembaga pemerintahan. Begitu juga masa jabatan pemimpin dibatasi di sejumlah negara serta presiden pun bisa di-impeach --sesuatu yang tidak ada presedennya di masa khilafah.

Inilah potret situasi umat saat ini. Sudah selayaknya teks literatur fiqih siyasah diperbarui dan diupdate sesuai perkembangan zaman agar kita tidak kebingungan menjawab berbagai persoalan kenegaraan saat ini dengan merujuk pada literatur klasik yang dipengaruhi oleh situasi tempo doeloe.

Mari kita ambil literatur lama yang masih relevan dengan kondisi sekarang dan menulis literatur baru yang lebih pas dengan kondisi politik umat saat ini. Maka kita akan lebih dinamis menjawab persoalan seperti syarat kepemimpinan, metode pemilihan, wewenang pemerintah, dan lainnya tidak semata-mata merujuk pada literatur fiqih siyasah klasik tetapi juga pada literatur modern tentang Konstitusi dan Sistem Pemerintahan.

Inilah sebabnya Nahdlatul Ulama menganggap NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebagai bentuk final. Tidak perlu ada upaya mengganti NKRI menjadi darul Islam atau sistem khilafah. Inilah ijtihad modern para ulama NU yang luar biasa.

Tabik,

Senin, 19 September 2016

Syariat Islam dan Politisi

Syariat Islam dan Politisi

Masih ingatkah kita dengan Ketua MK yang mengusulkan koruptor untuk dipotong jarinya? Belakangan beliau tertangkap tangan oleh KPK menerima suap.

Masih ingatkah kita dengan Anggota DPRD DKI yang berniat maju di Pilkada dengan program menegakkan Syariat Islam di Ibukota negara RI? Belakangan KPK juga menangkap yang bersangkutan atas uang suap yang diterimanya.

Belum hilang pula dari ingatan kita begitu bersemangatnya aktivis Partai Dakwah di setiap kesempatan yang selalu koar-koar soal hijab syar'i ? Lantas beberapa waktu lalu kita mengetahui istri muda sang Ketua Partai Dakwah yang masih SMU tidak pakai hijab, bahkan beberapa minggu lalu seorang anggota parlemen dari partai yang sama menikahi perempuan muallaf yang juga tidak pakai jilbab.

Dan masih terekam dalam jejak digital bagaimana seorang Ketua DPD mengusulkan hukuman mati bagi koruptor? eh beliau tertangkap tangan menerima suap beberapa hari yang lalu.

Atau di masa silam gencar sejumlah partai Islam menolak perempuan menjadi pemimpin, namun mereka kemudian menurunkan Gus Dur dan menaikkan Mega sebagai presiden?

Atau sekarang sejumlah pihak menolak petahana ibu kota dengan alasan ayat kitab suci, tapi malah menyorongkan perempuan dari kota lain sebagai calon penantangnya, atau menyalonkan seorang tokoh dari partai Islam lainnya yang telah menikahi perempuan filipina dan belum berjilbab. Ada juga partai dakwah yang menerima kandidat non-muslim di pilkada surakarta lengkap dengan berbagai penjelasan syar'i-nya, lantas sekarang kuat sekali menolak calon non-Muslim. Mereka pakai Syariat Islam untuk menolak atau mendukung orang sesuka mereka saja.

Nah, mulai saat ini berhati-hatilah setiap politisi bicara soal Syariat Islam. Jangan mudah terpesona. Jangan mudah menganggap mereka tokoh Islam hanya karena bicara satu-dua ayat dan hadits. Lihat track record mereka. Cukup sudah politisasi syariat Islam untuk kepentingan sesaat. Mereka menjual ayat Allah dengan harga yang murah.

Rakyat lapar, mereka kasih ayat. Kota kumuh, mereka beri hadits. Sungai bau, mereka kasih fatwa. Politisi korup, mereka kasih khutbah. Begitulah Syariat Islam di tangan para politisi dan parpol. Tidak ada program konkrit yang mereka tawarkan selain menggunakan mimbar masjid untuk ngompol (ngomong politik).

Kembalikan urusan Syariat Islam kepada para Kiai. Rebut kembali Syariat Islam dari tangan para politisi. Kita kembalikan Syariat Islam ke jalurnya yang benar agar tidak cuma jadi bahan kampanye para politisi. Mari kita jaga kesucian Syariat Islam dari tangan politisi kotor.

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School |] STOP POLITISASI AGAMA
JANGAN JUAL MURAH AYAT - AYAT TUHAN UNTUK KEPEBTINGAN SYAHWATMU

Jumat, 09 September 2016

RAHASIA KEAGUNGAN HARI ARAFAH

RAHASIA KEAGUNGAN HARI ARAFAH

___
Oleh: Ust. Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

Hari Arafah 9 Dzulhijjah sudah diambang pintu. Emang ada apa ?

Ketahuilah bahwa hari Arafah merupakan hari yang penuh dengan keutamaan, karena hari Arafah adalah hari:

1. Hari Allah membuka pintu Maghfiroh seluas-luasnya.

2. Hari bagi para jama’ah haji untuk wukuf yg merupakan inti haji

3. Hari penyempurnaan agama  dan nikmat yang agung kepada ummat Islam.

Ummul mukminin Aisyah pernah menuturkan bahwasanya Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُوْ ثُمَّ يُبَاهِيْ بِهِمْ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُوْلُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

Tidak ada suatu hari yang Alloh lebih banyak membebaskan seorang hamba dari api neraka melainkan hari Arafah. Sesungguhnya Alloh mendekat dan berbangga di hadapan para malaikatnya seraya berkata: Apa yang mereka inginkan?.

Imam an-Nawawi berkata: “Hadits ini jelas sekali menunjukkan keutamaan hari Arafah”.

Rasulullah juga bersabda:

إِنَّ اللهَ لَيُبَاهِيْ الْمَلاَئِكَةَ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ يَقُوْلُ: اُنْظُرُوْا إِلىَ عِبَادِيْ شَعْثًا غَبْرًا

Sesungguhnya Alloh membanggakan orang-orang yang wukuf di Arafah kepada para malaikat. Alloh berkata kepada mereka: Lihatlah para hambaKu, mereka dalam keadaan kusut dan berdebu.

Maka semestinya bagi kita untuk memanfaatkan hari Arafah untuk memperbanyak pundi2 pahala sebagai bekal menghadap Sang Maha Kuasa.

Diantara amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa, berdasarkan hadits dari Abu Qotadah bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Puasa arafah menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

Subhanallah, alangkah murahnya kasih sayang Allah kpd hambaNya. Hanya dengan modal amalan yg sederhana tapi pahalanya begitu melimpah. Bukankah kita adalah makhluk hina yg berlumuran dosa ? Bukankah kita sangat butuh pada ampunanNya ?

Sungguh berbahagia orang yg menghidupkannya dan sungguh rugi orang yg melalaikannya.

Dan diantara amalan yg ditekankan juga adalah memperbanyak doa di hari Arafah, Krn doa saat itu adalah mustajab. Dan ini merupakan keadilan Allah. Jika para jamaah haji yg sedang wukuf doanya mustajab, demikian juga yg tidak haji disyariatkannya puasa karena doa orang puasa juga mustajab.

Jangan lupa hari Arafah tahun ini hari AHAD...Sekali lagi jangan lupa....

MBAH MANGLI..... MAGELANG

MBAH MANGLI..... MAGELANG

ASSEIKH HASAN ASYARI -KYAI YG TDK BISA DI FOTO...

-DAN TDK PRNAH PAKAI PENGERAS SUARA ( SOUND & SPEAKER) SAAT CERAMAH DIDEPAN RATUSAN BAHKAN RIBUAN JAMAAH, TAPI ANEHNYA SEMUA JAMAAH BISA MENDENGAR SUARA BELIAU...

- TDK MNERIMA SALAM TEMPEL/ UANG BISYARAH CERAMAH

 - Bisa mengisi pengajian di bberapa tmpat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, nmun pd saat bersamaan jg mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta, dan bhkan Sumatra.

Mbah mangli kaya Raya emas dan berliannya Banyak saat berkunjung bareng pas brsamaan Almaghfur lah yai mahrus ali lirboyo di acara Yai maksum ayah Bupati Gresik KH. ROBBAH MAKSUM beliau dawuh:

Robbah, iki emas berlian akeh, akeh meneh ning mobilq delo'en dadi ojo khawatir, yen nulung Agamane Alloh mongko Bakal Ditulung Allah.., langsung Saja Pak Robbah lihat ke Mobil Yai Mangli, beliau Kaget Melihat Penuhnya Mobil dengan Emas berlian...

Pak Robbah Kaget: Subhanallah,, Dari Jauh Mbah Mangli Dawuh "Bila Seorang Ulama Ikhlas Menyebarkan Agama Allah, Maka Apapun Yang Diinginkannya Pasti Dikabulkan langsung Oleh Allah..." ( Diceritakan Ke Kami Saat Di New Delhi India Tahun 2011 )

Dan Diatas Ini Foto Beliau Saat Abuya Sayyid Maliki Diceritai Para tamu yang Berkunjung Ke Ndalem Beliau Di Roesyefa Mekkah, " Sayyid, Kyai Mangli Ini Tidak Bisa Di Foto" Langsung Sayyid Muhammad Memeluk Mbah Mangli Dan

Teriak: Ayo Cepat Wali ini Difoto....
Ternyata Subhanallah Beliau Bisa Di foto Saat Dirangkul Abuya Sayyid...
Semua Ulama mekkah Tertawa Lihat Beliau..

Semoga Barokah Para Wali Allah mengalir Kepada Kita ....Aamiin Yaa Rabbal' aalamiin.....