Jumat, 30 Maret 2018

INILAH KISAH PEMUDA BERDALIL PAKE QUR’AN & HADIST PULANG BELAJAR DARI ARAB DAN KYAI PAKE DALIL KITABNYA PARA ULAMA

INILAH KISAH PEMUDA BERDALIL PAKE QUR’AN & HADIST PULANG BELAJAR DARI ARAB DAN KYAI PAKE DALIL KITABNYA PARA ULAMA

Pemuda
Assalamu 'Alaikum, Kyai…

Pak Kyai
Wa'alaikum Salam…Silakan duduk anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?

Pemuda
Terima kasih Pak Kyai. Nama saya toing dan saya berasal dari Kampung Seberang.

Pak Kyai
Jauh kamu bertandang ke sini, sudah tentu kamu punya hajat yang sangat besar…

Apa hajatnya,mana tahu mungkin saya boleh menolongmu?

Pemuda berjidat hitam tersebut diam sebentar,sambil menarik nafasnya dalam-dalam

Pemuda
Begini Pak Kyai,saya datang ke sini bertujuan ingin berbicara beberapa permasalahan dengan Pak Kyai…Pendeknya,permasalahan umat Islam sekarang

Pak Kyai
Permasalahan seperti apa itu anakku?

Pemuda
Saya ingin bertanya,mengapa Kyai-Kyai di kebanyakan pesantren & Majelis² di Indonesia,dan Tuan-Tuan Guru di Malaysia serta Pattani dan Asia umumnya sering kali mengajar murid-murid mereka dengan lebih suka mengambil kalam-kalam atau pandangan para ulama?!

Seringkali saya mendengar mereka akan menyebut;
“Kata al-Imam al-Syafii,kata al-Imam Ibn Atho’illah al-Sakandari,Kata al-Imam Syaikhul Islam Zakaria al-Ansori dan lain-lain”

Mengapa tidak terus mengambil daripada al-Quran dan al-Sunnah?

Bukankah lebih enak kalau kita mendengar seseorang tersebut menyebutkan Firman Alloh ta'ala di dalam al-Quran, Sabda Rasululloh sallallohu 'alaihi wasallam di dalam hadis itu dan ini?”

Bukankah Ulama-ulama itu juga punya kesalahan dan kekurangan.

Maka mereka juga tidak lari daripada melakukan kesilapan.

Maka sebaiknya kita mengambil daripada kalam al-Ma’sum yaitu al-Quran dan as-Sunnah.
“`(Pak Kyai mendengar segala hujjah yang disampaikan oleh pemuda tersebut dengan penuh perhatian.

Sedikit pun beliau tidak memotong malah memberikan peluang bagi pemuda tersebut berbicara sepuas-puasnya.
Sambil senyuman terukir di bibir Pak Kyai,beliau bertanya kepada pemuda tersebut)“`

Pak Kyai
Masih ada lagi apa yang ingin kamu persoalkan wahai nak Toing?

Pemuda
Sementara ini, itu saja yang ingin saya sampaikan Pak Kyai!!

Pak Kyai
Sebelum berbicara lebih lanjut, eloknya kita minum dahulu ya…

Tiga perkara yang sepatutnya disegerakan adalah hidangan kepada tetamu, wanita yang dilamar oleh orang yang baik maka disegerakan perkawinan mereka dan yang ketiga,si mati yang harus disegerakan urusan pengkebumiannya, Betul kan Toing?

Pemuda
Benar sekali Pak Kyai.
“`(Pak Kiyai lalu memanggil isterinya bagi menyediakan minuman pada mereka berdua…
Maka beberapa detik selepas itu,minuman pun sampai di hadapan mereka)“`

Pak Kyai
Silakan minum Toing.
(Setelah dipersilahkan oleh Pak Kyai, maka Toing pun terus mengambil bekas air tersebut lalu menuangkan perlahan-lahan ke dalam cawan yang tersedia)

Pak Kyai terus bertanya
Toing, kenapa kamu tidak minum dari tekonya saja?!
Kenapa perlu dituang di dalam gelas?!

Pemuda
Pak Kyai,mana bisa saya minum langsung dari tekonya,Tekonya besar sekali…
Makanya saya tuang ke dalam gelas agar memudahkan saya meminumnya.

Pak Kyai
_Toing, itulah jawaban terhadap apa yang kamu persoalkan tadi…

Mengapa kita tidak mengambil langsung dari Al-Quran dan as-Sunnah?!
Terlalu besar untuk kami lansung minum daripada kedua-nya…Maka kami mengambil apa yang telah dijelaskan di dalam gelas para ulama…
Maka ini memudahkan bagi kami untuk mengambil dan memanfaatkannya!!_
Benar kamu katakan bahwa mengapa tidak langsung saja mengambil daripada al-Quran dan as-Sunnah!!
Cuma persoalan ini,kembali ingin saya lontarkan kepada kamu… *Adakah kamu ingin mengatakan bahwa al-Imam as-Syafii dan para ulama yang kamu sebutkan tadi mengambil hukum selain dari Al-Quran dan as-Sunnah?!
Adakah mereka mengambil daripada kitab Talmud atau Bible?*

Pemuda
Sudah tentu mereka juga mengambil dari Al-Quran dan as-Sunnah.

Pak Kyai
Kalau begitu,maka sumber pengambilan kita juga adalah Al-Quran dan as-Sunnah cuma dengan paham para ulama!!
Satu lagi gambaran yang ingin saya terangkan kepada kamu…
*Saya dan kamu membaca Al-Quran, al-Imam al-Syafii juga membaca Al-Quran bukan?

Pemuda
Sudah tentu Pak Kyai.

Pak Kyai
Baik,kalau kita membaca sudah tentu kita sedikit memahami ayat-ayat di dalam Al-Quran tersebut bukan?
Al-Imam as-Syafii juga memahami ayat yang kita bacakan… Maka persoalannya,*pemahaman siapa yang ingin didahulukan?

Pemahaman saya dan kamu atau pemahaman al-Imam as-Syafii terhadap ayat tersebut?*

Pemuda
Sudah tentu pemahaman al-Imam as-Syafii karena beliau lebih memahami dibanding orang zaman sekarang.

Pak Kyai
Nah,sekarang saya rasa kamu sudah jelas bukan?

*Hakikatnya kita semua mengambil daripada sumber yang satu yaitu al-Quran dan as-Sunnah

* Tiada seorang pun yang mengambil selain dari keduanya.
Cuma bedanya,kita mengambil dari pemahaman al-Quran dan Sunnah tersebut dari siapa?

Sudah tentu kita akan mengambil dari orang yang lebih faham(jago) ilmunya.
Ini kerana mereka lebih waro’ dan berjaga-jaga ketika mengeluarkan ilmu

_Kamu tahu Toing, al-Imam as-Syafii pernah ditanya oleh seseorang ketika beliau sedang menaiki keledai, berapakah kaki keledai yang Imam tunggangi?
Maka al-Imam as-Syafii turun dari keledai tersebut dan menghitung kaki keledai tersebut.
Selesai menghitung, barulah al-Imam menjawab:
“Kaki keledai yang aku tunggangi ada empat”
Orang yang bertanya tersebut merasa heran lalu berkata
“Wahai Imam, bukankah kaki keledai itu memang empat, mengapa engkau tidak langsung menjawabnya?”

Al-Imam al-Syafii menjawab
“Aku bimbang, jika aku menjawabnya tanpa melihat terlebih dahulu,tiba-tiba Alloh Ta’ala hilangkan salah satu kakinya maka aku sudah dikira tidak amanah di dalam memberikan jawaban”

Coba kamu perhatikan Toing, *betapa waro’nya al-Imam as-Syafii ketika menjawab persoalan berkaitan dunia.
Apalagi kalau berkaitan dengan agamanya?*

“`Al-Imam Malik pernah didatangi oleh seorang pemuda di dalam majlis taklimnya di Madinah al-Munawwarah“`
Pemuda tersebut mengatakan bahwa dia datang dari negeri yang jauhnya 6 bulan perjalanan ke Madinah.
Pemuda itu datang untuk bertanya satu masalah yang ada di lokasinya.

Al-Imam Malik, mengatakan bahwa
_“Maaf,aku tidak pandai untuk menyelesaikannya”

Pemuda tersebut heran dengan jawaban Imam Malik, dan dia bertanya:
“Bagaimana aku akan menjawab nanti bilamana ditanya oleh penduduk tempatku?”

Maka kata al-Imam Malik:
“Katakan kepada mereka bahwa Malik juga tidak mengetahui bagaimana untuk menyelesaikannya”

MasyaAlloh…Coba kamu lihat Toing, betapa amanahnya mereka dengan ilmu!! Berbeda dengan manusia zaman now/sekarang,yang baru seumuran jagung dalam ilmu,sudah menepuk dada mengaku bahwa seolah-olah mereka mengetahui segalanya.

Pemuda
_Masyaa Alloh, terima kasih Pak Kyai atas penjelasan yang sangat memuaskan.
Saya memohon maaf atas kekasaran dan keterlanjuran bicara saya.

Pak Kyai
_Sama-sama Nak…Semoga kamu akan menjadi seorang yang akan membawa panji agama kelak dengan ajaran yang benar dari Guru² mu yg bersanad Insyaa Alloh
BAROKALLOHU FIKUM

Kamis, 22 Maret 2018

Buletin Jum’at resmi Nahdlatul Ulama' untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at resmi Nahdlatul Ulama' untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at Risalah NU edisi 10

PDF :
Warna :
http://bit.ly/BuletinJumatRisalahNUedisi10FC-PDF

Hitam-Putih :
http://bit.ly/BuletinJumatRisalahNUedisi10BW-PDF

Mendownload edisi lainnya dapat di :
www.nahdlatululama.id/buletin

Minggu, 18 Maret 2018

Seri Bulan Yang Mulia RAJAB

[Seri Bulan Yang Mulia_RAJAB]

Syekh Abdul Qodir Aljailani menyebutkan dalam kitabnya “Al-Ghunyah” tentang keistimewaan bulan Rajab, diantaranya:

1. Malam pertamanya diijabahi do’a, dalam hadits Nabi saw bersabda :

خمس ليال لاترد فيهن الدعوة :
1. اول ليلة من رجب
2. وليلة النصف من شعبان
3. وليلة الجمعة
4. وليلة الفطر
5. وليلة النحر

"Lima malam tidak di tolak doa di dalamnya :
1. Malam pertama di bulan Rojab
2. Malam Nisfu Sya’ban
3. Malam Jum’at
4. Malam hari raya idul Fitri
5. Malam hari raya idul Adha."

2. Memperbanyak istighfar, dikatakan oleh Imam Wahab bin Munabbah ra. : "Aku membaca di salah satu kitab yg diturunkan Allah swt, barang siapa membaca istighfar 70 kali di pagi dan sore dengan mengangkat tangannya dengan bacaan ini:
رب اغفر لي وارحمني وتب علي
Maka, kulitnya tidak akan tersentuh api neraka"

3. Puasa

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال،  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  : إن في الجنة نهرا يقال له رجب، أشد بياضا من اللبن واحلى من العسل، من صام يوما منه سقاه الله من ذلك النهر (ذكره قطب الرباني الشيخ عبد القادر الجيﻻني في كتابه الغنية)

Dari Anas bin Malik ra, beliau berkata, bersabda Rosulullah saw : "Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai yg di namakan rojab, lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, siapa yg puasa sehari di bulan rojab akan di beri minum oleh Allah swt dari sungai tersebut."
--------------------------------
Berikut ini beberapa doa yang diamalkan oleh salafussholih kita ketika memasuki bulan Rajab:

1. Doa dibaca pagi dan sore bulan Rajab (70x)

ّرب اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ

2. Doa dibaca antara Dhuhur dan Ashar bulan Rajab (70x) :

اَسْـتَغْفِرُ الله َ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا

3. Dibaca 10 hari yang pertama bulan Rajab (100x) :

سُـبْحَان الله الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ-

Dibaca 10 hari yang kedua bulan Rajab (100x):

سُـبْحَانَ الله ِ اْلأَحَدِ الصَّمَدِ

Dibaca 10 hari yang ketiga bulan Rajab (100x):

سُـبْحَان الله الرَّؤُوْفِ

4. Membaca Sayyidul Istighfar
(3x pagi - sore) :

اَللَّهُم َّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت

5. Doa ketika masuk bulan Rajab :

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ.

___

Kita memohon kepada ALLAH untuk memberikan bagian besar dari kemuliaan malam-malam bulan yang mulia ini, dan menjadikan kita dari hamba-hamba yang diterima ibadahnya dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat..

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﺭﺟﺐ ﻭﺷﻌﺒﺎﻥ ﻭﺑﻠﻐﻨﺎ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﺃﻋِﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﺍﻟﻘﻴﺎﻡ.

Semoga bermanfaat..

KEUTAMAAN LAFADZ SALAM SECARA LENGKAP



عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ النَّبِىُّ  صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : «عَشْرٌ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ، فَقَالَ: « عِشْرُونَ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ، فَقَالَ « ثَلاَثُونَ » صحيح رواه أبو داود والترمذي وغيرهما.

Dari ‘Imran bin Hushain Ra.
 Dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasûlullâh Saw.  lalu berkata:
 as-Salaamu ‘alaikum (semoga keselamatan dari Allah tercurah untukmu)
Lalu Rasûlullâh Saw. membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Saw.
 bersabda : “(Dia mendapatkan) sepuluh kebaikan” Kemudian datang orang lain kepada Beliau Saw, lalu berkata :
 as Salaamu ‘alaikum warahmatullaah  (semoga keselamatan dan rahmat dari Allah tercurah untukmu) Lalu Beliau Saw.  membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Saw. bersabda : "(Dia mendapatkan) dua puluh kebaikan” Kemudian datang lagi orang lain kepada Beliau Saw. lalu berkata :
as-Salaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu)
 Lalu Beliau Saw.  membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Saw   bersabda : “(Dia mendapatkan) tiga puluh kebaikan”.
(HR Abu Dawud (No. 5195), at-Tirmidzi (5/52) dan Ahmad (4/439).

 PELAJARAN YG TERDAPAT DLM HADITS :

1. Hadits diatas menunjukkan betapa besarnya keutamaan orang yang mengucapkan salam dengan tiga lafazh lengkap seperti yang tersebut di dalam hadits diatas, karena dengan itu dia akan mendapatkan tiga puluh pahala kebaikan, artinya setiap lafazhnya mendapatkan sepuluh kebaikan.

2. Meskipun tentu saja mengucapkan salam dengan dua lafazh sebelumnya diperbolehkan dan tetap mendapatkan ganjaran pahala kebaikan, tetapi kurang dari lafazh lengkap di atas.

3. Lafazh salam yang lengkap ini juga dianjurkan oleh Rasûlullâh Saw dalam hadits shahih lainnya, Beliau bersabda :
 “Jika seorang bertemu dengan saudaranya sesama muslim maka hendaklah dia mengucapkan (salam) : as-Salâmu‘alaikum. warahmatullahi wabarakâtuh”
(HR at-Tirmidzi : 5/52)

 4. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Artinya : apabila seorang muslim mengucapkan salam kepadamu, maka balaslah/jawablah dia dengan (lafazh) salam yang lebih baik dari ucapan salamnya, atau balaslah dengan ucapan salam yang serupa. Maka menambah (dengan ucapan salam yang lebih baik ketika menjawab salam) adalah dianjurkan, sedangkan (menjawab salam dengan lafazh) yang serupa adalah wajib.

5. Ucapan salam as-Salaamu- ‘alaikum saja, memiliki makna yg indah, yakni : perlindungan dan penjagaan dari Allah Swt. bagimu karena as-Salâm adalah salah satu dari asma Allah yang Maha Indah.
 Ada juga yang mengartikan :
 keselamatan dan kesuksesan (dari Allah) bagimu.

TEMA HADITS YG BERKAITAN DNG AL QUR'AN :

 Kewajiban kita untuk membalas suatu salam penghormatan, dengan yg lebih baik :

وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَاۤ اَوْ رُدُّوْهَا  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا

"Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu."
 (QS. An-Nisa'/4 Ayat : 86)

SEMOGA MANFAAT

Sabtu, 17 Maret 2018

Rahasia Pernapasan Tenaga Dalam Merpati Putih Part 7


YA LAL WATHON MEKKAH, TERNYATA KANJENG NABI BACA SAAT THAWAF

https://www.ngopibareng.id/timeline/ya-lal-wathon-mekkah-ternyata-kanjeng-nabi-baca-saat-thawaf-3665765

YA LAL WATHON MEKKAH, TERNYATA KANJENG NABI BACA SAAT THAWAF

 27 Februari 2018 || 19:24

Di tengah pembicaran soal alunan Syiir Ya Lal Wathon jamaah umrah dari Indonesia, mendapat tanggapan dari sejumlah ulama. Ada yang menilai, boleh saja tapi ada yang mengingatkan agar tidak diulangi lagi.

Namun, memang ada kisah di zaman Nabi tentang syair Ya Lal Wathon yang dilantunkan Rasulullah Muhammad SAW. Yakni, ketika beliau melakukan thawaf.

“Kecintaan terhadap kota Mekkah, dibaca ketika Kanjeng Nabi di kota itu. Rasulullah membaca Ya habbada Makkah ("Tanah air Makkah"), bahkan saat Thawaf,” tutur KH Zaenuri, Pengasuh Pondok  Pesantren Nurul Hidayah, yang juga mengelola SMK dan SMP di Pereng Kulon Bungah Gresik, Selasa (27/2/2018) malam.

Kepada ngopibareng.id, Kiai Zaenuri, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Miftah, di Desa Mojopurowetan Bungah Gresik, yang khusus mempersiapan para santrinya ngaji ke Mekkah, mengaku bicara dari sudut pandang sejarah. Dalam Tarikh Nabi dan Sahabat Nabi disebutkan, Rasulullah pernah sekali membaca “Ya habbada Makkah (Tanah air makkah ) bahkan saat Thawaf.

Kiai Zaenuri mengaku, bila ditilik dari sudut pandang Tasawwuf bisa jadi berbeda. Namun, bila diermati bahwa haji dan umrah merupakan ibadah ghairu mahdhoh (tidak murni), maksudnya boleh dengan rileks dan ngobrol (kalam). Ini Rasulullah SAW yang bersabda.

Nabi bersabda: “Thawaf di sebelah Ka’bah itu ibarat shalat, tapi bedanya Allah membolehkan berbicara”.
Pernyataan cinta Rasulullah terhadap kota Mekkah dan Madinah, diwujudkan seperti halnya Syiir Ya Lal Wathon yang kita kenal sekarang. Itu dibaca bersandingan dengan para sahabat Nabi.

“Hal ini disikapi oleh Fuqaha dengan rumusan hukum boleh baca syair sekalipun ada khilaf bila dibaca di dalam masjid,” tegasnya.

Syairnya HABBADA MAKKAH BI WADI

Badza makkah bin waadiy
Biha ahli wa awarih
Biha amsyibi la hadi
Bila amsyibi la hadi

habbaada makkah bin wa diy
Fihaa ahliy wa 'awadiy
Biha amsyi bilaa haadi

Sungguh indah Nan Renyah Kecintaan Nabi pada kota Mekkah
Arti Syair Nabi Yang dibaca saat thawaf :

Sungguh Indah Kotaku Mekkah
Di dalam Jurang pun Bisa Di Huni Keluargaku & Qoumku
Aku Berjalanpun Ringan Sekalipun Tanpa Ada yg Menunjukkan
( Padang Bulan )

Menurut Kiai Zaenuri, pada akhir riwayat Hadits ini memang ulama Fiqih mengatakan saat thawaf tetap lebih baik kita baca sesuatu pada tempatnya atau proposional. Takutnya, kita masuk kategori zhalim. WADH'US SYAI' FI GHOIRI MAHALLIHI. Atau menempatkan sesuatu yang tak pada tempatnya.

Sehingga anjuran ulama tetap kita baca TAKBIR karena di sisi kita ada Tanda SYIAR keaguangan Allah yakni Ka’bah.  Tapi mari kita bercermin kedhaliman kita menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Misal, BACA TAKBIR tidak sesuai dengan kondisi situasi pandangan dan jangkauan. Mestinya bila kita arif maka Ini lebih sederhananya kita katakan DHOLIM.

Allah Berfirman : Wa Man Yuaddhim Syaairolloh Wainnaha min taqwal qulub.

(Barang Siapa Yang Mengagungkan Allah / BERTAKBIR Saat Memandang Kekuasaan allah atau syiar allah Seperti Kabah Maka Tanda Hati Yang Taqwa)

“Ini hanya suatu pandangan mubah dahulu. Tapi sebaiknya jangan baca Ya Lal Wathon, cukup kali ini saja,” tutur KH Zaenuri.

Berikut Ya Lal Wathon yang dibaca Nabi Muhammad Saw saat sedang thawaf

بحر المذهب للروياني ج ٣ ص ٤٨٣
فرع آخر
قال: إنشاد الشعر والرجز في الطواف يجوز إذا كان مباحا، وروي محمد بن السائب عن أمه، قالت: طفت مع عائشة رضي الله عنها، فذكروا حسان في الطواف فسبوه، فقالت عائشة: لا تقولوا: أليس هو الذي يقول:

هجوت محمدا فأجبت عنه وعند الله في ذلك الجزاء
فإن أبى ووالده وعرضي لعرض محمد منكم وقاء

فقيل لها: أليس هو الذي قال ما قال في الإفك؟ فقالت: أليس قد تاب؟ ثم قالت عائشة: إني لأرجو له ما قال، ولكنه يستحب ترك إنشاد الشعر وإن كان مباحا أيضا والكلام أيسر منه. وقال مجاهد: كان النبي صلى الله عليه وسلم يطوف بالبيت وهو متكيئ على أبي أحمد بن جحش وأبو أحمد يقول:

حبذا مكة من وادي
بها أهلي وعوادي بها
أمشي بلا هاد

قال: فجعل النبي صلى الله عليه وسلم كأنه يعجب من قوله:

بها أمشي بلا هادي

WAFATNYA WALI TANDA KEHANCURAN DUNIA

WAFATNYA WALI TANDA KEHANCURAN DUNIA 😭😭😭
_
Wafatnya Ulama Bencana Bagi Alam Semesta. Cahaya akan menghilangkan kegelapan, dan ketika cahaya telah padam maka kondisinya akan kembali gelap. Ulama ibarat cahaya yang menerangi gelapnya kebodohan. Dan ketika ulama diwafatkan oleh Allah satu persatu, itu menunjukkan bahwa terangnya cahaya akan meredup. & seiring berjalannya waktu, cahaya akan benar-benar redup, hingga kehidupan akan menjadi gelap dari ilmu.
_
karena meninggalnya seorang ulama adalah sebuah perkara yang besar di sisi Allah. Sebuah perkara yang akan mendatangkan konsekuensi bagi kita yang ditinggalkan jika kita ternyata bukan orang-orang yang senantisa mendengar petuah mereka. Menangislah, jika kita ternyata selama ini belum ada rasa cinta di hati kita dan peneladanan kepada para ulama.
_
Al-Quran secara implisit mengisyaratkan wafatnya ulama sebagai sebuah penyebab kehancuran dunia
_
عن ابن عباس ، في قوله تعالى : أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا سورة الرعد آية 41 قال : موت علمائها . وللبيهقي من حديث معروف بن خربوذ ، عن أبي جعفر ، أنه قال : موت عالم أحب إلى إبليس من موت سبعين عابدا .
_
Ibnu Abbas Ra. berkata tentang firman Allah: “Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?” (QS. ar-Ra’d ayat 41). Beliau mengatakan tentang (مِنْ أَطْرَافِهَا = dari tepi-tepinya) adalah wafatnya para ulama.”
_
Umat manusia dapat hidup bersama para ulama adalah sebagian nikmat yang agung selama di dunia. Semasa ulama hidup, kita dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu. Hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah Saw:
_
خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ ” ، قَالُوا : وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ، قَالَ:إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ
_
“Ambillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi.” Sahabat bertanya: “Wahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?” Rasulullah Saw. menjawab: “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama).

BERCADAR ??? OH... JANGAN !!!

BERCADAR ??? OH... JANGAN !!!

Cadar itu merupakan budaya lama lintas agama yang kebetulan sesuai dengan ajaran islam yang luhur. Sebab sesuai perintah-Nya, wanita Wajib menutup semua aurot ketika ditempat-tempat yang seharusnya mereka menutupinya. Kebetulan cadar adalah salah satu bentuk penutup aurot yang memenuhi standar dalam melaksanakan perintah-Nya. Bahkan menurut sebagian ulama, bercadar melebihi standar pemenuhan kewajiban itu. Sebab menurut segolongan ulama ini, wajah adalah bagian tubuh yg tidak wajib ditutupi.
Nah, karena permasalahan wajah adalah wilayah khilafiyah (antara aurot atau bukan), saya kira dari sisi hukum apakah wajib ditutupi atau tidak, tidak perlu diperdebatkan. Silahkan memilih. Justru itu adalah Rahmah bagi umat sesuai Sabda Nabi kita SAW.
Mengikuti pendapat bahwa wajah adalah bukan aurot dihadapan laki-laki lain dan tempat umum. Menurut hemat penulis jauh lebih baik dibanding sebaliknya. Apalagi melihat situasi saat ini dan bagi kita yang hidup di Indonesia.

Berikut beberapa pertimbanganya:

1. Sampai saat ini Cadar itu masih diidentikkan dengan ciri perempuan pengikut, penganut atau simpatisan faham radikalisme. Sehingga menghindari fitnah, su'udlon dan pergunjingan orang lain jauh lebih aman dan bijak.

2. Budaya Indonesia utamanya Jawa, sangat menjunjung tinggi  budi pekerti dalam hal pergaulan yg meliputi; ARUH (tegur sapa saat bertemu), GUPUH (menampak kan senang saat berjumpa) dan SUGUH (menghidangkan/ menawarkan sesuatu, sekalipun dengan senyum). Bukankah hal itu juga diperintahkan oleh agama kita?? Dan bukankah 90% itu dilakukan dan diukur dengan mimik wajah??
Bisakah hal-hal itu dilaksanakan bila bercadar??

3. Perintah ta'aruf antar sesama manusia tanpa pandang bulu itu ditegaskan dalam Al-Qur'an. Hmmm... Alangkah "Ngrekosone" bila dengan bercadar. Apalagi di zaman sekarang.
Penulis pernah tertawa terpingkal-pingkal diakhir suatu kegiatan yang kebetulan ada sekelompok peserta pakai cadar. Mereka dengan girangnya foto bersama dan selfi-selfi dengan para peserta yang lain. Anehnya, lho kok bercadar?? Lalu foto-foto itu untuk mengenang siapa ??? he he he

4. Bagi Pondok, sekolahan dan Perguruan tinggi yang masih berpegang teguh pada syariat islam yang "Rahmatan Lil 'Alamin", silahkan menerapkan larangan itu BILA MASLAHAHNYA memang harus dilarang. "Sakitnya mencabut Paku Berkarat memang harus ditahan, demi menghindari dampak penyakit tetanus yg mengancam jiwa". Tapi larangan itu harus di imbangi dengan peraturan kewajiban menutup aurat "Standart Syar'i" termasuk berjilbab bagi siswi/mahasiswi. Melanggar hak asasi??
Jangan salah....
Bila ada yang mempermasalahkan justru merekalah yang melanggar hak Mu'allim/Guru/pihak Perguruan Tinggi yang diberi hak  Konstitusi Syariat untuk menerapkan Larangan dan kewajiban tertentu dalam rangka mengemban amanat mendidik anak didiknya menuju kesuksesan. 

5. Percayalah.... Kesholihan itu tidak di ukur dengan cadar.
Tapi memadukan fiqh dan tashowuf/akhlaq dalam kehidupan sehari-sehari jauh lebih menjajikan menuju keselamatan dunia akhirot.
Insyaa Alloh....

Zahro Wardi
(PP Darussalam Sumberingin, Trenggalek, 11/03/2018)

PESAN INDAH MBAH MAIMUN

Copas dr sblah
PESAN INDAH MBAH MAIMUN

K.H Maimun Zubair Dawuh,,,,

Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air,
Maka angkat dan tolonglah...
Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.

Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin,
Maka singkirkanlah,
Barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.

Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya,
Maka ambil dan susulkan ia dengan induknya,
Semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.

Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan,
Maka antarkanlah ia...
Barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.

Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama,
Maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak2 mu,
Setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu..
Yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali,

Maka tahanlah tangan dan lesanmu dari menyakiti sesama makhluk hidup.....

Setidaknya itu akan menjadi sedekah untuk dirimu.

Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya.

Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”

Jangan pernah meremehkan kebaikan,
Bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya,
Bukan karena panjang shalat malamnya.
Tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.

Rasulullah bersabda:

« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim)

Mari kita selalu berusaha dg Pikiran dan prilaku positif,

Semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.. Aamiin..

Rabu, 07 Maret 2018

Tidak usah NU-NU- an, yang penting ahlussunnah waljamaah.

Wong NU Harus Baca

Habib Luthfi Bin Yahya pernah mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya, bahwa tidak sedikit orang maupun kelompok yang mengatakan “Tidak usah NU-NU- an, yang penting ahlussunnah waljamaah.

Disampaikan oleh beliau: ingatlah dengan kehancuran Raja Syarif Husain, penguasa Makkah-Madinah yang beraqidah ahlussunnah waljamaah, dengan mudah dihancurkan oleh kaum wahabi yang didukung Inggris, karena Islam ahlussunah waljamaah pada saat itu tidak sempat dibuatkan nidzhom (wadah) atau organisasi untuk memperkuat dan menjaga aqidah aswaja. “Sedikit-sedikit mereka katakan yang penting al-Islam. Yang penting ahlussunah waljamaah. Tidak perlu NU-NU an”, begitu mereka mengatakan.

Maka, ungkapan demikian itu adalah upaya-upaya musuh Islam untuk menghancurkan organisasi NU sekaligus untuk memperlemah aqidah Islam ahlussunah waljamaah yang dianut mayoritas muslim Indonesia. Dan dalam jangka panjang, kelompok ini menargetkan untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sudah terbukti, melalui berbagai ajaran-ajaran para ulama NU, bangsa kita bisa menjalin hubungan yang harmonis antara Islam dan negara. Bisa saling menopang dan memperkuat. Alhamdulillah di negara ini, kita masih bisa beribadah dengan aman dan nyaman. Jauh berbeda dengan di negara muslim di belahan dunia lain, tiap hari sesama muslim saling bunuh, perang dan terlibat konflik berkepanjangan.

Itulah buah perjuangan para ulama kita yang tergabung dalam wadah Nahdlatul Ulama.