Rabu, 31 Januari 2018

Mengapa Saya Perlu Fanatik NU,HARLAH NU KE 92

Mengapa Saya Perlu Fanatik NU?

HARLAH NU KE 92

Orang boleh bilang, NU hanya organisasi, kenapa harus Fanatik NU?

Boleh saja orang bilang begitu, jika dia tidak sadar sejarah, tidak sadar  khazanah keilmuan Islam di Nusantara, jika tidak tahu kearifan muslim Nusantara, jika tidak memahami "partarungan" yg nyaris merobohkan Indonesia...

Pertama Sejarah:

A

Pada tahun 1924-1925 keluarga Saud menaklukkan Hijaz. Mereka melarang selain mazhab Hambali berlaku di Makah dan Madinah. Ini terjadi intoleransi  yg akut.
Komite Hijaz (cikal bakal NU) meminta raja Saud agar mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi'i dibolehkan di Haromain.

Dalam rangka "pemurnian Islam" wahabi membongkar situs-situs Islam, seperti makam para Sohabat, para wali. Bahkan kubah makam Rasululloh SAW pun hendak mereka bongkar, namun tidak jadi karena perjuangan NU.

B

Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari mobilitas masa yg menjadi milisi dan pejuang kemerdekaan, oleh kiyai kiyai Pesantren NU.
Sudah jadi rahasia umum: Siapa penggerak resolusi jihad yg menimbulkan perang akbar melawan sekutu di Surabaya 10 November? Bung Tomo itu santri NU.

C

Pada tahun 1960 Bung Karno mengakomodasi PKI dalam politik NASAKOM  (Nasionalisme, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili PNI, Komunis diwakili PKI dan agama diwakili NU.
Semua organisasi agama saat itu tidak mau gabung Nasakom. Alasannya: Politik sesat dan membahayakan.
NU tahu itu. Tapi kalau dibiarkan komunis menempel bung Karno, siapa yg akan menghalangi dan meminimalisir??

Maka NU walau pun waktu itu KH Syaekhu difitnah penjilat pantat Soekarno. Terus menempel Soekarno. Alasannya sangat ushuli:

 ارتكاب أخف الضررين
"Memilih kemadaratan yg minim dari dua madarat."

Ternyata cukup berhasil.

D

Di era ORBA, NU awalnya bernafas lega bisa join dg regim Soeharto, setelah bersama ABRI menghabisi PKI. Tapi ternyata pahit. Soeharto banyak menghabisi NU. Mencurigai NU yg jadi lumbung partai PPP, dan anti GOLKAR partai pemerintah. Banyak muballig NU yg ditangkap karena kritis pada pemerintah.
Baru pada tahu 90-an Soeharto mendekati NU karena ditinggalkan Amerika, paska bubarnya Uni Sovyet.
Dan di awal tahun 80-an saat deparpolisasi, NU lah yg pertama menerima asas tunggal PANCASILA.

E

Ketika reformasi bergulir, Indonesia oleh Barat nyaris dikatakan bubar. Kepemimpinan BJ Habibi membuat desintegrasi; lepasnya Timor Leste.

Gus Dur jadi presiden dg jurus jurus "dewa mabuk" sulit dipahami rakyat. Tapi ia menyelamatkan Indonesia tetap menjadi Indonesia. Sekarang terasa ketika Gus Dur tiada: Syi'ah sulit dikendalikan, radikalisme merangkak membengkak, kristenisasi semakin marak. Gus Dur menghentikan syi'ah dengan kata-kata: "Syi'ah itu NU plus imamah, NU itu syi'ah minus imamah". (hingga orang syi'ah tertipu dg tdk mau dakwah syi'ah). Kristenisasi dibendung dg tipuan Gus Dur: semua agama benar (para misionaris kendur dlm misi kristenisasinya). Itulah Gus Dur...

Era Jokowi

Radikalisme mengancam NKRI semakin terasa dan memfakta. Pemerintah berlindung kepada NU. Dan NU kembali dirasakan kehadirannya.

Hari Ini

Hari ini berbondong bondong dari berbagai negara datang: ingin belajar berislam alaa NU. Karena Islam di Timur Tengah rentan dengan konflik. Gampang dibikin jadi pemberontak terhadap pemerintahnya yg sah contoh: Suriah, Irah, Libya, Yaman, dan yg "hanet hanet jahe" di Saudi, Mesir dll...
Pulang: mereka mendirikan NU. Sudah lebih 46 cabang NU di luar negeri. Bahkan Singapura pun datang bertanya menelisik ttg Islam alaa NU.

Khazanah Keilmuan NU

Di manakah pusat NU?
Di semua Pesantren NU!!!
Di sana diajarkan kitab-kitab keislaman berstandar Sunni Internasional:
Jurumiyah, Kailani, Alfiyah, Jauhar Maknun, Mugni Labib, Sulam Munauroq. Waroqot, Jam'ul Jawami. Ihya Ulumidin, Hikam, Jalalain dll sudah jadi khas kitab kitab Pesantren NU.
Dan kitab-kitab tersebut jadi pegangan pula di Universitas al Azhar Mesir.
Oleh karena itu, maka ketika mutamar NU, datanglah mbah mbah ulama Timur Tengah: Syeikh Wahbah Zuhaili imam Nawawinya jaman now pun datang, dan juga syeikh syiekh lainnya.
Apa Anda meragukan keilmuan orang NU dalam keilmuan Islam??? Cari ormas selain NU di Indonesia yg mengajarkan dan cakap baca kitab Jam'ul Jawami imam Subki?

Kiyai-kiyai kita pada cakap ilmu ilmu nahwu, sorof, balaghoh, ushul fiqih, mantiq, fiqih dan tafsir: ilmu syari'at. Lalu mereka mengamalkan dengan ilmu hakikat, thoriqoh, ilmu tasawwuf... Mereka orang NU. Dan saya sadar jika harus mempertahankan dan membela NU...

NU adalah perahu besar. Kata santri Jombang: KH Hasyim Asy'ari sebelum mendirikan NU, solat istikhoroh 3 tahun!!!

Selamat HARLAH NAHDLOTUL ULAMA ke 92

Ulama adalah pewaris para Nabi, kami mengikutimu, mendoakanmu dan di belakangmu!!

# iyer

Kita pernah punya pusat pendidikan dunia di kerajaan Sriwijaya.

Kita pernah punya pusat pendidikan dunia di kerajaan Sriwijaya.

Hampir semua orang Budha dunia belajar di sana.

Gus Muwafiq, jika tidak salah dengar dari cermah2 beliau, pusat pendidikan Sriwijaya itu kelanjutan warisan ilmu dan budaya Majapahit: Negarakertagama utk hukum dan tata negara.
Sutasoma untuk sosial budaya.

Majapahit. melanjutkan tradisi Mataram Hindu-Budha yang mewariskan Borobudur dan Prambanan.

Negarakertagama dipelajari Belanda, dan menjadikannya negara dengan hukum terbaik.
Mahkamah Internasional pun ada di sana.

Masih dari Gus Muwafiq.
Iptek & budaya Jawa sesungguhnya tidak kalah dengan luar.
Perlu ilmu metalurgi (setara kemampuan Empu Gandring) untuk membuat seperangkat gamelan.
Teknologi musik yang mengungguli alat2 musik mana pun.

Kekayaan kosa kats jawa dan peringkat kromo inggil, madyo, ngoko sangat cocok dengan tuntutan Islam untuk tawadlu'.

Belum kulinernya. Belum fashionnya. Belum aneka kekayaan musik suku2 bangsanya. Indonesia sangat kaya.
Arab, Eropa, Amerija satu nama didukung banyak negara.
Indonesia, satu negara, yang menyangga banyak (suku) bangsa dan bahasa.

Juga Islam. Bentuk interaksi Islam Arab dengan budaya masyarakat jawa sebelumnya (yang telah membuat Hindu Budha hidup megah di sini) juga telah membuat Islam penuh warna-warni di sini, yang lebih indah dari tempat asalnya lahir.

Merekalah yang perlu belajar kesini.

#Menirukan ceramah2 yang membanggakan Jawa Indonesia dari beliau.

Senin, 29 Januari 2018

Menymbut GERHANA BULAN TOTAL


Sesuai Maklumat LEMBAGA FALAKIYAH Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.

RABU, 31 JANUARI 2018
akan terjadi gerhana bulan total dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia.

Sumber Waktu Sholat Fardhu: Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI

17:51 WIB (menjelang Maghrib): Awal Fase Penumbra (samar-samar)

17.58 WIB: Adzan Maghrib, Iqomah, Sholat Maghrib berjama’ah, dan Wirid/Zikir.

18:48 WIB: Mulai Mengumandangkan Gema Takbir (karena bayangan gelap mulai masuk: Awal Umbra).

19.11 WIB: Adzan Isya, Iqomah, Sholat Isya berjama’ah, dan Wirid/Zikir.

19:45 WIB (bakda salat Isya) Melanjutkan Gema Takbir.

20:30 WIB: Waktu Salat Gerhana (KhusyufilQamar) berjama’ah untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya secara serentak (karena Bulan mengalami kegelapan dalam keadaan tertutup total berwarna merah dengan ukuran 14% lebih besar, jarak Bulan berada paling dekat dengan Bumi,- terjadi pasang air laut menuju daratan)

20:45 WIB: Khutbah Gerhana (Tema bahwa Gerhana Bulan Total merupakan Kebesaran dan Kekuasaan Allah,- dapat disampaikan pula syari’at dan hakikat gerhana pada zaman Rasulullah SAW).

21:30 WIB: bisa diisi acara pengumpulan dan pembagian sadaqah

21:35 WIB: Melanjutkan Gema Takbir hingga Gerhana terbuka kembali bersinar secara sempurna yang berakhir pada pukul 22:11 WIB (Akhir Umbra) atau bisa berakhir dengan memperbanyak takbir, dan istighfar hingga pukul 23.08 WIB.

23:08 WIB: Akhir Penumbral (Bulan Bersih Bersinar)

Untuk itu, kepada seluruh Kaum Muslimin Wal Muslimah dihimbau untuk:
1. Mengumandangkan Gema Takbir sebagaimana Lafadz Takbir Hari Raya.
2. Menyeru Salat berjama'ah dengan lafadz "Asholatu Jami'ah".
3. Solat Gerhana Bulan (salat KhusyufilQamar Qamar) dgn 2 rokaat, setiap rokaat 2 kali ruku, 2 kali baca Al-Fatihah dan Surah Pilihan, dan 2 kali sujud.
4. Khotib berkhutbah gerhana dengan Tema Gerhana sebagai Kebesaran dan Kekuasaan Allah.
5. Memperbanyak Takbir, Tahlil, Tahmid, dan Istighfar.
6. Mengumpulkan dan membagikan Sodaqoh.
7. Mengumandangkan Gema Takbir hingga gerhana nampak terbuka bersih bersinar kembali.
8. Bersyukur kepada Allah  setelah Gerhana kembali terbuka bercahaya.

SHARE INFORMASI INI kepada grup-grup lain.

Peran dan Sejarah Perjuangan KH. Hasyim Asy’ari Dalam Menanamkan Nasionalisme Religius

Peran dan Sejarah Perjuangan KH. Hasyim Asy’ari Dalam Menanamkan Nasionalisme Religius

Ketika proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945, KH. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh Islam pertama yang menyatakan bahwa NKRI syah secara Fiqh Islam. Sehingga pada tanggal 14 September 1945, KH. Hasyim Asyari mengumpulkan para ulama dalam rapat terbatas di pesantren Tebuireng demi membahas Fatwa Jihad yang menjadi dasar dari Resolusi Jihad yang berisi dukungan terhadap proklamasi dan wajib berjihad demi mempertahankannya.

Berkorelasi dengan pandangan KH. Hasyim Asy’ari tentang nasionalisme religius. Beliau berpijak kepada pandangan politik Ahlussunnah wal jama’ah dari Syekh Nawawi al-Bantani, bahwa Dar al-Islam yang dijajah non-muslim, tetap menjadi negara Islam jika syariat Islam masih dijalankan. Namun, jika umat Islam dihalang-halangi dalam menjalankan syariat Islam, maka wajib hukumnya untuk berjihad dan status negara yang dijajah tersebut menjadi Dar al-Harb.

Pandangan KH. Hasyim Asy’ari tentang nasionalisme religius sudah diamalkan jauh sebelum proklamasi dikumandangkan. Beliau tidak pernah tunduk kepada penjajah yang menghalangi syariat Islam. Termasuk kepada bangsa sendiri yang berkhianat dan menjadi kaki tangan penjajah.

Pada tahun 1899, KH. Hasyim Asy’ari mulai merintis pesantren Tebuireng di Jombang. Desa Tebuireng merupakan daerah hitam karena dihuni oleh para penjahat; perampok, penjudi, pencuri, dan preman. Berbagai ancaman dan kekerasan dari preman mengganggu santri dan kegiatan pesantren yang didukung polisi Belanda. Sehingga KH. Hasyim Asyari mengirimkan para santrinya untuk belajar pencak silat sampai ke Cirebon, Jawa Barat.

Pada tahun 1913 ketika polisi Belanda bersama preman memfitnah para santri di pesantren Tebuireng, KH. Hasyim Asy’ari menolak untuk menyerahkan diri. Akibatnya berujung kepada pembakaran pesantren. Namun, KH. Hasyim Asy’ari tidak gentar dan tidak pernah menyerah.

Usaha KH. Hasyim Asy’ari untuk meneguhkan Islam di negara jajahan Belanda pada tahun 1937, dibuktikan dengan ikut dalam organisasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Demi menentang Undang-Undang Perkawinan dari Belanda yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Akibat berbagai pertentangan tersebut, pemerintah Hindia Belanda melancarkan berbagai strategi lain termasuk memfitnah dan merayu. Pada tahun 1937, KH. Hasyim Asy’ari ditawari Bintang Kehormatan oleh Ratu Wilhemina berbentuk emas dan perak, namun beliau menolaknya.

Ketika penjajahan Jepang tahun 1942-1945. KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa haram hukumnya melakukan seikeirei (membungkuk ke arah Istana kaisar Jepang), juga menolak berbagai propaganda Jepang melalui lagu Kimigayo yang diajarkan di sekolah-sekolah. Akibatnya, KH. Hasyim Asy’ari ditangkap dan disiksa dalam penjara Jepang selama empat bulan. Namun, tidak menyurutkan tekadnya. Justru beliau menyiapkan strategi lain.

Pada tahun 1943, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang merupakan cikal bakal TNI, masih memiliki kemampuan serba terbatas. Senjata-senjata yang digunakan hasil rampasan dari senjata Belanda, Inggris atau Jepang. Maka KH. Hasyim Asy’ari mengirim para santri-santrinya untuk berlatih militer dalam barisan PETA (Pembela Tanah Air) bentukan Jepang. Bahkan beliau mengkader putranya, Abdul Kholiq, untuk terlibat dalam pembentukan PETA di daerah Jombang. Sehingga pada tahun 1944, terbentuklah laskar Hizbullah (laskar santri) dan Sabilillah (laskar Kiai). Sehingga Jepang pun menyadari bahwa kekuatan para santri dan ulama tidak bisa diremehkan sehingga membentuk partai Islam Masyumi.

Hubungan KH. Hasyim Asy’ari dengan para santrinya juga bukan seperti guru dan murid, namun seperti satu keluarga besar. Beliau tidak mengekang para santrinya agar mengikuti jalan pemikirannya. Misalnya, ketika KH. Hasyim Asy’ari mengizinkan santri beliau H. Wahab Chasbullah ikut bergabung dalam forum Indische Studi Club yang dipimpin Dr. Sutomo.

Ketika Jepang membentuk tentara PETA (Pembela Tanah Air), beliau mengirim santri dan putranya, Abdul Kholiq untuk membentuk PETA di Jombang. Himahnya, lahirlah laskar Hizbullah dan Sabilillah. Sehingga pesantren Tebuireng di Jombang menjadi basis perjuangan laskar Hizbullah-Sabilillah demi memperjuangkan kemerdekaan NKRI.

Pendirian Nahdatul Ulama juga tidak terlepas dari kebutuhan akan organisasi Islam yang menyatukan pemikiran dan ikatan persaudaraan dan rasa kekeluargaan yang kuat di antara umat Islam. Awalnya KH. Hasyim Asy’ari khawatir nantinya NU menjadi sebab perpecahan umat dan tidak ingin jabatan apapun agar tidak menodai ibadahnya. Sehingga beliau mendapat petunjuk pendirian NU melalui ulama lain yaitu KH. Kholil Bangkalan yang mengutus santri beliau yang bernama KH. As’ad Syamsul Arifin untuk membawa tongkat dengan pesan surat Thahaa ayat 17-23 kemudian kedua kalinya membawa tasbih dan bacaan ya Jabbar ya Qohhar.

Hasyim Asy’ari sering berpesan. “Wahai ulama, jika engkau melihat orang lain berbuat kebajikan berdasarkan pendapat para imam atau taklid (mengikuti) meskipun pendapat tersebut tidak marjuh (beralasan) sedangkan engkau tidak setuju, jangan lantas mencaci maki mereka, tapi bimbinglah mereka dengan cara yang baik. Jika mereka tidak mau mengikutimu, jangan bertengkar dengan mereka. Sebab jika engkau bertengkar dengan sesama ulama, itu sama saja dengan membangun istana dengan menghancurkan kotanya.”

Kesimpulannya terdapat dari tulisan KH. Hasyim As’yari Al-Qannuun al-Asaasii li Jami’iyyat Nahdatul Ulama pada muktamar NU tahun 1930 yang menjelaskan ada tiga hal yang dibutuhkan demi mempersatukan umat yaitu:

1. Kemauan ingin bersatu
2. Saling Mengenal
3. Saling tenggang rasa, bersimpati dan toleransi

Sebagaimana pemikiran Aswaja. Mengutamakan kepentingan umat dengan memperkuat Ukhuwah Islamiyah di antara organisasi Islam sebagai saudara kandung, saudara seperguruan dan satu keluarga, yang tidak kaku, toleransi, dengan meniadakan fanatisme sempit dan menolak paham radikal dan ekstrem yang memecah belah bangsa, agama dan negara.

Perjuangan nasionalisme religius KH. Hasyim Asy’ari dalam menegakkan syariat Islam dan mempertahankan kemerdekaan di NKRI ditandai dengan Resolusi Jihad. Ketika Belanda dan sekutu mendarat di Surabaya demi merongrong kembali kedaulatan NKRI.

Fatwa Jihad yang dikeluarkan KH. Hasyim Asy’ari di pesantren Tebuireng pada tanggal 14 September 1945 menjadi dasar Resolusi Jihad tanggal 21-22 Oktober 1945 demi mempertahankan kedaulatan NKRI. Ada tiga poin penting dalam Resolusi Jihad yaitu :

1. Hukum membela negara demi melawan penjajah menjadi Fardlu ‘ain (Wajib) bagi umat muslim baik laki-laki ataupun perempuan dalam radius 90 kilometer.
2. Jihad melawan penjajah merupakan Jihad Fi Sabilillah. Para pejuang gugur akan mati syahid.
3. Bangsa sendiri yang berkhianat dan ikut memecah belah dan menjadi kaki tangan penjajah (mata-mata dan pengkhianat) wajib hukumnya dibunuh.

Setelah dikumandangkan Resolusi Jihad, maka bergeraklah laskar Sabilillah dan Hizbullah dari berbagai pelosok daerah di Jawa demi mempertahankan kota Surabaya yang dikuasai pasukan sekutu sehingga terjadi perang besar dalam sejarah Perang Dunia II pada 10 November 1945. Dari Jombang laskar Hizbullah dikomando Kiai Yusuf Hasyim, putra KH. Hasyim Asyari. Dari Pasuruan, datang laskar Hizbullah kompi II divisi timur yang dipimpin Kiai Sa’dullah dari Pondok Pesantren Sidogiri. Dari Kediri, komando datang dari KH. Mahrus Aly pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo.

Dari Jember, komando datang dari laskar Hizbullah pimpinan KH. Abdullah Shiddiq yang juga perintis laskar santri Sabilillah. Dari Lumajang, dikomando Kiai Faqih. Dari Mojokerto datang laskar Hizbullah pimpinan KH. Moenasir Ali, mantan TNI. Dari kota Malang, laskar Kiai Mukti Harun. Dari barat Kota Surabaya datang Kiai Bisri Mustofa, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang. Dari Jawa Barat, Cirebon, datang pasukan yang dipimpin Kiai Abbas Buntet. Dari Situbondo, komando datang dari  KHR. As’ad Syamsul Arifin, yang memimpin kompi II laskar Hizbullah Jawa Timur, pengasuh pondok pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo.

Resolusi Jihad merupakan kontribusi pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari demi menegakkan syariat Islam dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Karena peristiwa 10 November 1945 memiliki poin penting demi kemerdekaan Indonesia, yaitu :

1. Peristiwa 10 November menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih memiliki kekuatan tempur (militaire strijdkracht). Termasuk peran para santri dan Kiai dalam barisan Hizbullah dan Sabilillah yang bersatu demi kemerdekaan NKRI.
2. Peristiwa 10 November telah membuka mata dunia internasional termasuk PBB dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Sehingga menghasilkan beberapa perundingan menuju Indonesia merdeka.
3. Peristiwa 10 November membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia di daerah-daerah lain dalam mempertahankan kedaulatan NKRI.

Dalam Muktamar NU ke-XVI tahun 1946 di Purwokerto, KH. Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa syariat Islam tidak akan dapat dijalankan dengan baik di negara yang terjajah.

Kesimpulan dari pandangan nasionalisme religus KH. Hasyim Asy’ari adalah :

1. Para santri dan para Kiai wajib terlibat dalam mempertahankan kedaulatan NKRI.
2. Peran pesantren sangat penting dalam membentengi bangsa dan negara dari paham dan gerakan radikal yang memecah belah kedaulatan NKRI.
3. Hukum berperang dalam Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin adalah bersifat defensif, tidak berperang jika tidak diperangi. Sebagaimana Rasulullah yang menerapkan Piagam Madinah.
4. Fatwa Resolusi Jihad bukan untuk memerangi kafir non muslim atau bangsa yang beragama lain. Namun, untuk memerangi penjajah dan kaki tangannya yang menghalangi syariat Islam dan memecah belah kedaulatan NKRI.

Sumber : harisantri.com

Rabu, 24 Januari 2018

HIBAH EBOOK BUKU AGAMA ISLAM GRATIS

HIBAH EBOOK BUKU AGAMA ISLAM GRATIS

DAFTAR BUKU

1. KH. Marzuki Mustamar, Al-Muqthatofat lil Ahlil Bidayat, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCZncwcnJtUUltcWM/view

2. A. Zainul Hakim, Terjemah Risalah Ahlussunah wal Jama'ah (رسالة أهل السنة والجماعة للعلامة حضرة الشيخ محمّد هاشم اشعرى) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCZjdCS18yVGNMRDg/view

3. Habib Munzir al-Musawa, Kenalilah Akidahmu. Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCd3JPX0RjWVRfemc/view

4. Harry Yuniardi, Argumentasi Tarawih 20 Rakaat; Risalah Amaliah Kaum Nahdliyyin (Bandung; LTN NU Jawa Barat, 2017) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--Yuc1J6R1ZtNnRmZEE/view

5. Ustadz M. Idrus Ramli, Buku Pintar Berdebat dengan Wahhabi, (Jember; Bina ASWAJA, 2010) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuZ2M4QW1pMHdvWWc/view

6. Ustadz Ma'ruf Khozin, Mana Dalil Malam Nishfu Sya'ban?, (Jember, LTN Jawa Timur, 2017) Link Download: https://drive.google.com/open?id=0B6GRfv4J--YuZ3RPVlB1WGlrVHc

7. Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah, Terj. Ngabdurrohman al-Jawi (Jakarta: LTM-PBNU, 2011) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuSVpIMDQ4a01ubXM/view

8. Einar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila, (Jakarta; CV. Muliasari, 1989) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCWnRqMlVfdmZ3TDA/view

9. A. Gaffar Karim, Metamorfosis NU dan Politisasi Islam di Indonesia, (Yogyakarta; LKiS Yogyakarta, 1995) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCWFo0ZE5VWVVqUjA/view

10.KH. MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 1994) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCY0EtbDRXZVFaR0k/view

11.Lathiful Khuluq, Kyai Haji Hasyim Asy'ari's; Religious Thought and Political Activities, (Montreal: McGill University, 1997) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCOFg2d3JmR203QjQ/view

12.Martin van Bruinessen, NU Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta; LKiS Yogyakarta, 1994) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCc18zcmdva3h1d0U/view

13.M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 1993) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCWFo0ZE5VWVVqUjA/view

14.KH. Abdul Muchith Muzadi, Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari di Mata Santri, (Jombang; Pustaka Tebu Ireng, 2010) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCdzhlemhETldOeDQ/view

15.LTN-NU, Amaliah NU dan Dalilnya, (Jakarta; LTN-NU, 2011) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCLUlPdGxwSXl4eXM/view

16.Syaikh Thahir bin Shalih al-Jaza'iri, Terjemah Jawahirul Kalamiyyah. Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuZE1iS2RrYWhrdGc/view

17.A. Shihabuddin, Telaah Kritis atas Doktrin Faham Salafi Wahabi, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuOHh6X19SclFaUlE/view

18.Habib Ali bin Muhammad al-Habsy, Maulid Simthud Duror, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCS05EdG1fTjJyZGM/view

19.Imam Ja'far Ibn Hasan al-Barzanji, Maulid Barzanji Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCMUFoLV94NmhVLTQ/view

20.Imam Abdurrahman al-dibaa'i, Maulid Ad-Dibaa'i, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCVktCNEJTbWVNek0/view

Semoga bermanfaat, menebar manfaat mendobrak keterbatasan literasi

Senin, 22 Januari 2018

Materi RAKERNAS 2018 Dirjen DIKTI ,Pejabat Negara,KPK dan Perg Tinggi

Materi RAKERNAS 2018

01. Materi Paparan Advisor to the President of IsDB on STI
🌍 https://goo.gl/WXtEgH

02. Materi Paparan National Taiwan University of Science and Technology
🌎 https://goo.gl/45KNBo

03. Materi Paparan Cyber Hankuk University of Foreign Studies (CUFS)
🌎 https://goo.gl/apWmSy

04. Materi Paparan Founder and CEO Ruangguru
🌎 https://goo.gl/sLU6L6

05. Materi Paparan Rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta
🌎 https://goo.gl/sr8yRR

06. Materi Paparan Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti
🌎 https://goo.gl/2PagAw

07. Materi Paparan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
🌎 https://goo.gl/TQQfui

08. Materi Paparan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti
🌎 https://goo.gl/E9opkC

09. Materi Paparan Rektor Universitas Terbuka
🌎 https://goo.gl/hGDjpD

10. Materi Paparan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
🌎 https://goo.gl/e3yj1k

11. Materi Paparan Direktur Jenderal Penguatan Inovasi
🌎 https://goo.gl/zoHhB3

12. Materi Paparan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
🌎 https://goo.gl/nhxyYT

13. Materi Paparan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
🌎 https://goo.gl/TN1kZ9

14. Materi Paparan Sekretaris Jenderal Kementerian Ristekdikti
🌎 https://goo.gl/18u5ja

15. Materi Paparan Inspektur Jenderal Kementerian Ristekdikti
🌎 https://goo.gl/4vLrhs

16. Materi Paparan Ketua KPK
🌎 https://goo.gl/PpxQzd

17. Materi Paparan Rekomendasi Rakernas 2018
🌎 https://goo.gl/udaa9q

AL QURAN & UMUR dari Abdul Malik bin Umair:

AL QURAN & UMUR

Berkata Abdul Malik bin Umair:

"Satu-satunya manusia yang tidak tua adalah orang yang selalu membaca Al-Quran".

"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-Quran".

Berkata Al-imam Qurtubi :
"Barang siapa yang membaca Al-Quran,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rahimahullah.

"Perbanyaklah membaca Al-Quran jangan pernah kau tinggalkan, kerana sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Berkata Ibnu Solah :

"Bahawasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-Quran,  maka oleh kerana itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari bacaan manusia".

Berkata Abu Zanad :

"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah SAW sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan padanya ada yang membaca Al-Quran".

Berkata sebagian ahli tafsir :

"Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-Quran maka kita akan dibanjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".

"Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungannya".

Bila anda Cinta pada Al-Quran maka sebarkanlah. Demi Allah, sekian banyak orang yang membaca Al-Quran maka pahala akan mengalir pada anda.

Umur kita terlalu singkat
... hingga ALLAH kurniakan  Lailatul Qadar untuk menambah umur amal.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH pinta bersilaturrahim untuk memanjangkannya.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Puasa Enam hari di bulan Syawal seperti berpuasa setahun.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan baca Surah Al-Ikhlas seperti membaca sepertiga Al-Quran.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Solat di Masjidil Haram seperti solat 100 ribu lebih di masjid lain.

Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan Solat berjemaah nilainya 27x lebih daripada solat sendirian.
Umur kita terlalu singkat
...ALLAH kurniakan *Solat
sunat sebelum subuh kekayaan akhirat seluas langit dan bumi*
Umur kita terlalu singkat
...ALLAH kurniakan solat subuh berjemaah seperti solat sepanjang malam*
Umur kita terlalu singkat
... ALLAH kurniakan solat isyak berjemaah seperti solat separuh malam dan bebas dari sifat munafik*
Hidup ini terlalu singkat
... ALLAH kurniakan satu huruf bacaan Al-Quran dengan 10 pahala/kebaikan.

Minggu, 21 Januari 2018

MEMANAH DAN BERENANG DI ERA MILENIAL Al-Zastrouw

Muhasabah Kebangsaan

MEMANAH DAN BERENANG DI ERA MILENIAL
Al-Zastrouw

Dalam salah satu hadits shoheh yg diriwayatkan imam Bukhari dan Muslim Nabi pernah besabda: "ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah"

Ada sebagian orang yg saat ini melatih anaknya memanah dan berenang sebagai  bentuk pengamalan dari perintah Nabi tersebut. Ini bukanlah hal yg salah karena bunyi teks tersebut memang demikian. Tapi apakah ini tepat kalo dikaitkan dengan konteks kekinian, era milenial? Ini persoalan yg perlu pemikiran lebih lanjut.

Untuk bisa melaksanakan perintah Nabi secara kontekstual, perlu pemahaman terhadap  konteks munculnya perintah, atau mengkaitkannya dengan hadits lain yg relevan. Karena dari sini akan terlihat maksud dan tujuan di balik perintah tersebut.

Hadits lain yg terkait dengan perintah ini adalah sabda Nabi yang diucapkan dari atas mimbar: "Persiapkanlah semua kekuatan yg kalian miliki. Ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu memanah, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu memanah" (HR. Muslim). Hadits yg lain dari Ibn Umar, Nabi bersabda: "ajarilah anak2 lelakimu berenang dan memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal unt wanita" (HR. Baihaqy)

Dari sini dapat dilihat bahwa konteks perintah tersebut adalah membangun kekuatan berperang melalui penguasaan tehnik dan skill yg tinggi terhadap persenjataan dan peralatan perang. Pada zaman itu panah adalah senjatan andalan dalam pertempuran, kuda adalah peralatan perang yg paling utama dan renang adalah skill yg sangat dibutuhkan dalam perang fisik. Sedangkan penguasaan tehnik produksi tekstil dibutuhkan dalam perang ekonomi dan kebudayaan.

Pendeknya perintah tsb merupakan antisipasi Nabi atas terjadinya perang fisik maupun ekonomi budaya. Dalam peperangan tersebut diperlukan kekuatan melalui  kemampuan menggunakan senjata dan peralatan perang dengan skill tinggi. Baik senjata fisik (panah, berkuda dan berenang) maupun senjata ekonomi dan budaya (alat produksi).

Ketika persenjataan dan peralatan perang makin cangging, hadits ini akan kehilangan makna dan fungsi jika hanya dipahami secara tekstual. Kepandaian memanah dan berenang serta ketrampilan menunggang kuda tdk ada artinya ketika berhadapan dengan senjata cangging modern; AK-47, M16, M1 Garand, Staeyr AUG. Di laut ada  kapal selam Kilo, kapal selam Delta yg memiliki 16 pelontar rudal balistik SS-N-18 Stingray dan berbagai jenis kapal Induk yg menguasai lautan. Belum lagi di darat dan udara ada Mirage, MiG, Lockheed Martin F-22 Raptor Air Superiority Fighter, tank, amphiby dsb. Semua senjata ini tdk bisa dihadapi hanya dengan ketrampilan memanah, berenang dan berkuda.

Jelas di sini perlu takwil dan tafsir baru terhadap hadits di atas agar tetap relevan dan sesuai dengan missi dan tujuan dari perintah yg ada di balik teks hadits tersebut. Jika hadits tersebut dipahami dan diamalkan secara tekstual makan yg terjadi bukan mempersiapkan  kekuatan perang yg kuat, tetapi justru mencetak atlit yg yg tangguh karena ketiga ketrampilan tersebut sekarang hanya jd cabang olah raga bukan ketrampilan yg bisa meningkatkan kemampuan tempur modern.

Dalam perang fisik yg mengandalkan senjata canggih, hadits tersebut harus dipahami bahwa anak2 kita harus dilatih mengenal dan memahami ilmu pengetahuan agar bisa menggunakan senjata dan peralatan perang modern yg bertehnologi canggih.

Sebaliknya, dlm perang kebudayaan dan ekonomi yg dikenal dengan istilah Proxy War, persenjataan perang tdk lagi berupa alat pembunuh seperti disebutkan di atas. Pd perang jenis ini senjata yang diperlukan adalah kecanggihan tehnologi informasi (TI)  dan kemampuan membuat konten yg mampu mempengaruhi cara pandang, pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Ini artinya, dalam perang kebudayaan dan ekonomi yg dioerlukan adalah kemampuan dan ketrampikan memanfaatkan TI.

Perang kebudayaan yg menggunakan kecanggihan TI ini sdh terjadi di Indonesia dan masuk di kalangan generasi milenial. Hal ini bisa dilihat dari data pengguna medsos di Indonesia, terutama FB, usia 13-29 th yg memcapai angka 61 juta user.  Sedangkan jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2016 mencapai 132,7 juta, setara dengan 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Perang jenis ini jelas tidak memerlukan ketrampilan memanah, berenang dan berkuda. Ketajaman anak panah sudah digantikan oleh ketajaman kata yg bisa  mempengaruhi pemikiran dan gaya hidup masyarakat. Busur untuk melepaskan anak panah digantikan oleh peralatan TI yg bisa melepaskan berbagai issu unt menggerakkan opini publik; smart phone, gatget, laltop dsb. Dalam proxy war ini juga tdk diperlukan lagi kuda dan lautan tempat berenang karena perang jenis ini sudah melampaui ruang dan waktu.

Di kalangan generasi.milenial, memanah harus ditakwil dengan kemampuan menggunakan IT dan membuat konten yg bisa mempengaruhi  kesadaran dan pemikiran masyarakat sehingga bisa menggerakkan mereka sesuai kemauan sang "pemanah". Sedangkan latihan berenang harus dipahami dengan kemampuan literasi media yaitu kemampuan mensikapi informasi secara kritis.

Generasi milenial tidak lagi berenang di air atau gelombang laut, tetapi berenang dalam gelombang dan arus informasi. Jk mereka tidak memiliki ketrampilan  berenang tingkat tinggi (kemampuan literasi media yg canggih) maka akan tenggelam dan hanyut oleh arus informasi. Demikian sebaliknya, mereka yg memiliki ketramlilan literasi media akan bisa berenang, surving dan menyelam dengan baik di tengah pusaran arus informasi yg dahsyat tanpa takut hanyut atau tenggelam. Sedangkan berkuda di era melenial adalah ketrampilan menguasai dan mengendalikan TI.

Di tengah maraknya hoax, fitnah, ujaran kebencian dan caci maki, maka diperlukan generasi tangguh yg bisa melesakkan anak panah unt menebar kebaikan dan perdamaian. Generasi milenial perlu kemampuan yg bisa berburu berita hoax, memblokir conten fitnah yg merusak dan mengejar para penyebar kebencian yg merusak peradaban dan mengancam kemanusiaan, sebagaimana layaknya penunggang kuda berburu musuh.

Inilah takwil kemampuan memanah, berenang dan berkuda yg harus dukuasai oleh generasi milenial. Dg ketrampilan ini missi kebaikan agama akan bisa dipertahankan. Karena tak ada cara terbaik mempertahankan agama melebihi upaya mewujudkan kebaikan, kedamaian dan keadilan untuk semua manusia. *

Minggu, 14 Januari 2018

SATU HARI SATU HADITS, Mau tahu bagaimana NASIB ANAK2 DAN BAPAK PD HARI KEMUDIAN


SATU HARI SATU HADITS

Mau tahu bagaimana NASIB ANAK2 DAN BAPAK PD HARI KEMUDIAN?👇
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَرَارِيُّ الْمُؤْمِنِينَ فَقَالَ هُمْ مِنْ آبَائِهِمْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِلَا عَمَلٍ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَرَارِيُّ الْمُشْرِكِينَ قَالَ مِنْ آبَائِهِمْ قُلْتُ بِلَا عَمَلٍ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ
dari 'Aisyah ia berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana nasib anak-anak kecil yang orang tua mereka mukmin?" beliau menjawab: "Mereka bagian dari bapak-bapak mereka." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, meskipun mereka tidak punya amal?" beliau menjawab: "Allah tahu dengan apa yang mereka lakukan." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan nasib anak-anak kaum musyrikin?" beliau menjawab: " Mereka bagian dari bapak-bapak mereka." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, meskipun mereka tidak punya amal?" beliau menjawab: "Allah tahu dengan apa yang mereka lakukan." HR.Abu Daud 4089

Minggu, 07 Januari 2018

KAROMAH MERAWAT ORANG TUA

KAROMAH MERAWAT ORANG TUA

Uang bisa dicari,

Ilmu bisa digali,

Sakit bisa diobati,

Tetapi kesempatan untuk mengasihi orang tua takkan terulang lagi,

Ketika anak kita menemukan jodohnya, dan mendapatkan wanita cantik yang berhasil merebut seluruh hatinya, tidak jarang orang yang pertama menjadi musuh si Anak adalah orang tuanya sendiri.

Orang tua yang semula begitu mulia, mendadak terasa menjadi sangat cerewet, dan menjadi sumber masalah rumah tangga. Apalagi bila si anak (laki-laki) tidak berhasil menyatukan hati istrinya dengan ibundanya.

Anehnya anak-anak yang merawat orang tuanya sampai wafat, kebanyakan di cintai Alloh, hal itu tercermin dalam karir hidupnya di Dunia, dan mereka cenderung menjadi orang yang sukses.

Mu’jizat Orang Tua, dapat kita temukan dalam sejarah hidup seorang sahabat di bawah ini:

–🌹o0o🌹–

Ketika ibu dari Iyas bin Muawiyah wafat, Iyas meneteskan air mata tanpa meratap, lalu beliau ditanya seorang sahabat tentang sebab tangisannya,

Jawabnya, “Alloh bukakan untukku beberapa pintu untuk masuk surga, sekarang, satu pintu telah ditutup.”

Begitulah, orangtua adalah pintu masuk surga, bahkan pintu yang paling tengah di antara pintu-pintu yang lain.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“ORANG TUA adalah PINTU SURGA YANG PALING TENGAH, terserah kamu, hendak kamu terlantarkan ia, atau kamu hendak menjaganya.”
(HR Tirmidzi)

Al-Qadhi berkata, ” Maksud pintu surga yang paling tengah adalah pintu yang PALING BAGUS dan PALING TINGGI.

Dengan kata lain, sebaik-baik sarana yang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga dan meraih derajat yang tinggi adalah dengan mentaati orang tua dan menjaganya.”

Bersyukurlah jika kita masih memiliki orangtua, karena di depan kita masih ada pintu surga yang masih terbuka lebar.

Terlebih bila orang tua telah berusia lanjut.
Dalam kondisi tak berdaya, atau mungkin sudah pelupa, pikun dan terkesan cerewet, atau tak mampu lagi merawat dan menjaga dirinya sendiri, persis seperti bayi yang baru lahir.

SUNGGUH TERLALU, ORANG YANG MENDAPATKAN ORANG TUANYA BERUSIA LANJUT, TAPI IA TIDAK MASUK SURGA, PADAHAL KESEMPATAN BEGITU MUDAH BAGINYA.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh celaka… sungguh celaka… sungguh celaka..”,

lalu seseorang bertanya “Siapakah itu wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda,
“Yakni orang yang mendapatkan salah satu orang tuanya, atau kedua orang tuanya berusia lanjut, namun ia tidak juga bisa masuk surga.”
(HR Muslim)

Ia tidak masuk surga karena tak berbakti, tidak mentaati perintahnya, tidak berusaha membuat senang hatinya, tidak meringankan kesusahannya, tidak menjaga kata-katanya, dan tidak merawatnya saat mereka tak lagi mampu hidup mandiri.

SAATNYA BERKACA DIRI, SUDAHKAH LAYAK KITA DISEBUT SEBAGAI ANAK YANG BERBAKTI ?

SUDAHKAH LAYAK KITA MEMASUKI PINTU SURGA YANG PALING TENGAH ?

Nasihat ini baik kita sampaikan kepada anak-anak kita..
Juga pengingat bagi diri kita sendiri.
Semoga menjadikan manfaat & barokah.
Aamiin Yaa Allah.

Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yg kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput:
"Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?"

Siput menjawab:
"Kalian kaum katak mempunyai empat kaki & bisa melompat ke sana ke mari,
Tapi saya mesti membawa cangkang yg berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih."

Katak menjawab:
"Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing2, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak)."

Dan seketika, ada seekor elang besar yg terbang ke arah mereka, siput dg cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang...
Siput terharu...
Akhirnya baru sadar... ternyata cangkang yg di milikinya bukan merupakan suatu beban... tetapi adalah kelebihannya...

Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dgn orang lain. Keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan...

Rejeki tidak selalu berupa emas, permata atau uang yg banyak bukan pula saat kita di rumah mewah & pergi bermobil.

Rejeki sebenarnya adalah jiwa dan hati yang tenang ... Karena ketenangan dan kebahagiaan itu sangat mahal sekali ...

"Karena bukan kebahagiaan yg menjadikan kita berSYUKUR tetapi berSYUKURlah yg menjadikan kita bahagia"


Baarokallahu...

Selasa, 02 Januari 2018

fokus pada diri sendiri dalam beribadah, bekerja dan utk terus menerus bebenah menjadi positif.

ada seorang anak yg setiap hari rajin ke masjid, lalu suatu hari ia berkata kepada ayahnya, "Yah mulai hari ini saya tidak mau ke masjid lagi"

"lho kenapa?", sahut sang ayah, "karena di masjid saya menemukan orang2 yg kelihatannya agamis tapi sebenarnya tidak, ada yg sibuk dg gadgetnya, sementara yang lain membicarakan keburukan orang lain".

Sang ayah pun berpikir sejenak dan berkata, "baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan setelah itu terserah kamu"

"Apa itu?" ,
"ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling masjid, ingat jangan sampai ada air yang tumpah"

Si anak pun membawa segelas air berkeliling masjid dengan hati2, hingga tak ada setetes air pun yang jatuh.

Sesampai di rumah sang ayah bertanya, "Bagaimana sudah kamu bawa air itu keliling masjid?", "Sudah".

"Apakah ada yg tumpah?", "Tidak".

"Apakah di masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?".

"Wah, saya tidak tahu karena pandangan saya hanya tertuju pada gelas ini", jawab si anak.

"Apakah di masjid tadi ada orang2 yang membicarakan kejelekan orang lain?" tanya sang ayah lagi, "Wah, saya tidak dengar karena saya hanya  konsentrasi untuk menjaga air dalam gelas ini".

Sang ayah pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah hidup anakku, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu untuk menilai kejelekan orang lain. Jangan sampai kesibukanmu menilai kualitas orang lain membuatmu lupa akan kualitas dirimu".

Mari kita fokus pada diri sendiri dalam beribadah, bekerja dan utk terus menerus bebenah menjadi positif.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Robbana Taqobbal Minna

Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), AAMIIIN.....

Ngaji bareng Gus Mus ,TAUBAT kepada sang Raja ALLAH SWT

(Ngaji bareng Gus Mus )

TAUBAT
kepada sang Raja (ALLAH SWT)

"ALLAH sungguh senang jika hambanya bertaubat setiap dia melakukan kesalahan. Meski seribu kali dia berbuat dosa, dan seribu kali juga dia bertaubat. Allah lebih senang itu. Senangnya Allah itu: melebihi seorang hamba yang sangat haus lamanya kemudian tiba tiba dia menemukan air untuk diminum (1); melebihi seorang hamba yang mandul kemudian dia tiba tiba dianugrahi anak (2); melebihi orang yang kehilangan barang yg dicintainya kemudian dia menemukannya (3)"

(Kalam kitab Nashoihul 'Ibad. Bab 5 - 5)

Senin, 01 Januari 2018

Menyerupai Suatu Kaum: Hadits, Konteks Budaya, dan Tahun Baru 2018 Oleh Prof. K. H. Nadirsyah Hosen

Menyerupai Suatu Kaum:
Hadits, Konteks Budaya, dan Tahun Baru 2018

Oleh Prof. K. H. Nadirsyah Hosen

Hanya dengan satu hadits ini, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Daud dan Ahmad), banyak ustaz yang lantang mengharamkan hampir semua aspek kehidupan kita saat ini. Bagaimana cara kita memahami hadits ini dalam tinjauan ilmu hadits, sejarah, politik dan budaya?

Berbeda dengan imajinasi pihak tertentu, dari mulai Prof Samuel Huntington sampai Emak-emak yang hobi main medsos, yang membayangkan terjadinya benturan budaya, sesungguhnya peradaban manusia dibangun lewat perjumpaan dan percampuran berbagai budaya di dunia ini. Dari mulai bahasa, pakaian, makanan, karya seni, teknologi sampai olahraga terdapat titik-titik kesamaan yang kemudian bila dilacak ke belakang kita akan kesukaran menentukan identitas asli tradisi tersebut.

Ambil contoh, memakan dengan sumpit. Kawan bule saya keheranan saya tidak bisa menggunakan sumpit padahal sudah 20 tahun lebih tinggal di Australia. Ganti saya yang keheranan ketika sumpit dihubungkan dengan tradisi Australia. Bukannya ini berasal dari Cina? Kawan bule saya dengan santai bilang: “Aslinya sih begitu, tetapi semua anak Ausie tahu cara pakai sumpit.”

Saya beri satu contoh umum lagi, sebelum kita masuki contoh yang kontroversial. Sepak bola modern berasal dari Inggris. Paling tidak itu kata kawan saya yang penggemar berat Arsenal. Tapi ternyata olahraga ini punya sejarah panjang dari mulai permainan cuju di Cina, sampai permainan epyskiros di Yunani.

Dan kini setiap menyebut sepak bola, dunia tidak lagi mengingat pemain Inggris, Cina atau Yunani, tetapi Messi dari Argentina dan Ronaldo dari Portugal (keduanya bermain di Liga Spanyol). Dan saya menduga baik Messi maupun Ronaldo juga tidak keberatan makan dengan sumpit.

Nah, bisakah hanya gara-gara makan dengan sumpit atau menjadi penggemar bola, Anda kemudian dianggap bagian dari mereka? “Mereka” itu siapa? Itu saja tidak jelas karena untuk sampai kepada “mereka”, perjalanan sumpit dan sepak bola itu panjang melintasi benua dan samudera. Tapi bukankah sebagai orang Jawa, Sunda, Bugis atau Ambon Anda tetap tidak merasa kehilangan kejawaan, kesundaan, kebugisan atau keambonan Anda hanya karena makan mie pangsit dengan sumpit atau mengoleksi berbagai atribut Real Madrid atau  Barca?

Lantas apa maksud hadits di atas? Saya dulu pernah menjelaskan soal politik identitas. Saya kutip sebagian:

Pada masa Nabi Muhammad hidup lima belas abad yang lampau, identitas keislaman menjadi sesuatu yang sangat penting. Tapi bagaimana membedakan antara Muslim dengan non-Muslim saat itu? Bukankah mereka sama-sama orang Arab yang punya tradisi yang sama, bahasa yang sama bahkan juga berpakaian yang sama? Untuk komunitas yang baru berkembang, loyalitas ditentukan oleh identitas pembeda.

Pernah pada suatu waktu, orang kafir menyatakan masuk Islam di pagi hari, dan kemudian duduk berkumpul bersama-sama komunitas membicarakan strategi dakwah, tapi di sore hari orang itu menyatakan dia kembali kafir lagi. Maka, murkalah Nabi. Tindakan itu dianggap sebuah pengkhianatan terhadap loyalitas komunal. Di sini muncullah hukuman mati terhadap orang murtad, yang di abad modern ini mirip dengan hukuman terhadap pengkhianat dan pembocor rahasia negara.

Mulailah Nabi Muhammad melakukan konsolidasi internal: loyalitas dibentengi dengan identitas khusus. Nabi melakukan politik identitas: umat Islam dilarang menyerupai kaum Yahudi, Nasrani, Musyrik bahkan Majusi. Maka, keluarlah aturan pembeda identitas dari soal kumis-jenggot, sepatu-sendal, dan warna pakaian. Pesannya simpel: berbedalah dengan mereka. Jangan menyerupai mereka, karena barang siapa yang menyerupai mereka, maka kalian sudah sama dengan mereka.

Inilah konteks hadits di atas: politik identitas dari Nabi untuk komunitas Islam saat itu. Nah, para ustaz jaman now yang gemar mengutip hadits tasyabuh ini sebenarnya juga hendak mengukuhkan identitas keislaman kita bahwa kita berbeda dengan “mereka”. Namun para ustaz lupa bahwa kita tidak lagi hidup di komunitas terbatas seperti perkampungan Madinah 15 abad lalu.

Kita sekarang sudah menjadi citizen of the world (warga dunia). Kondisi sudah berubah, identitas keislaman tidak akan tergerus oleh pembeda yang berupa asesoris semata. Identitas keislaman saat ini adalah akhlak yang mulia.

Secara sanad, hadits di atas juga tidak diriwayatkan oleh dua kitab utama, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Para ulama hadits juga berbeda menentukan derajat hadits itu. Ada yang mensahihkan, ada yang memandang hadits itu hasan, bahkan ada pula yang mendhaifkannya. Bagi yang mengkritik perawi hadits di atas, mereka misalnya menemukan persoalan pada Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban.

Ahmad bin Hanbal mengatakan hadits yg diriwayatkan perawi ini munkar. Abu Dawud mengatakan tidak mengapa dengannya. An-Nasa’i mengatakan dha’if. Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa yang bersangkutan itu jujur, tapi sering keliru, dianggap bermazhab Qadariyyah, dan berubah hapalannya di akhir usianya.

Mengapa para ustaz tidak menjelaskan perbedaan status sanad hadits ini dan juga konteks kemunculannya? Saya berbaik sangka para ustaz tidak punya kesempatan yang cukup untuk menjelaskannya di video youtube mereka yang viral itu.  Wa Allahu a’lam.

Saya ingin sekali lagi menunjukkan betapa pentingnya memahami hadits sesuai konteksnya. Misalnya ada riwayat:

“Berbedalah kalian dengan Yahudi, karena mereka salat tidak pakai sandal dan sepatu” (HR Abu Daud).

Guru saya, Prof Dr KH Ali Mustafa Ya’qub, pernah menjelaskan bahwa kondisi masjid di zaman Nabi itu tidak pakai lantai. Hanya beralaskan tanah atau pasir. Maka, kita paham konteksnya. Bayangkan kalau hadits ini sekarang kita pakai apa adanya dan kita masuk masjid dengan sandal dan sepatu. Kita akan diteriakin bahkan mungkin dianggap penista Islam. Itulah gunanya memahami konteks hadits.

Yang dulunya diwajibkan, malah bisa dilarang, ketika konteksnya berubah. Abu Yusuf, murid utama Imam Abu Hanifah, dengan cerdas mengeluarkan kaidah: “Jika suatu nash muncul dilatarbelakangi sebuah tradisi, dan kemudian tradisi itu berubah, maka pemahaman kita terhadap nash itu juga berubah.”

Di samping itu, tidak benar kalau Rasulullah selalu hendak berbeda dengan kaum non-Muslim. Misalnya HR Bukhari-Muslim ini:

“Nabi SAW tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab : ”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka, beliau Rasulullah menjawab : ”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”

Saya sudah jelaskan bahwa cara berpakaian orang Arab baik Muslim maupun non-Muslim saat itu serupa, maka penanda yang tampak seperti tampak di wajah itu menjadi penting bagi identitas keislaman pada saat itu seperti riwayat ini:

“Selisilah orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR Muslim).

Tapi bagaimana dengan model sisiran? Ternyata Nabi tidak menyelisihi non-Muslim. Kenapa? Karena rambut tertutup sorban sehingga apa pun model sisiran rambut tidak akan menjadi penanda identitas. Perhatikan riwayat ini:

“Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah dahulunya menyisir rambut beliau ke arah depan hingga kening, sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambutnya ke bagian kiri-kanan kepala mereka, sementara itu Ahlul Kitab menyisir rambut mereka ke kening. Rupanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Namun kemudian hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyisiri rambutnya ke arah kanan-kiri kepala beliau”. (HR Bukhari)

Nah, kalau kita memahami teks riwayat di atas secara apa adanya, apa kita berani mengatakan bahwa Rasulullah serupa dengan non-Muslim dan telah menjadi bagian dari mereka hanya karena model sisirannya sama? Yang heboh nanti sobat saya, Kang Maman Suherman, yang plontos itu. Dia akan bingung mau nyisir model apa biar gak dianggap kafir!

Begitu juga soal jenggot dan kumis, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pembeda antara identitas Muslim dengan non-Muslim. Banyak selebriti yang sekarang memelihara jenggot dan tidak berkumis, begitu juga para tokoh non-Muslim yang juga seperti itu. Apa mereka menjadi Muslim atau kita yang menjadi kafir gegara punya jenggot?

Sekarang bagaimana dengan perayaan tahun baru? Bagaimana dengan perayaan Valentine? Bagaimana dengan ucapan selamat hari ibu, selamat ulang tahun, selamat atas wisuda, selamat atas promosi jabatan? Bagaimana kalau kita pakai celana jeans, atau dasi dan jas?

Untuk perempuan, tahukah Anda sejarah bra? Zaman Rasul gak ada muslimah yang pakai bra, itu tradisi Eropa abad ke-18. Bolehkah Anda sekarang pakai bra? Untuk yang lelaki, bagaimana kalau kita pakai topi cowboy atau topi ulang tahun, atau topi santa?

Saya sudah jelaskan konteks hadits tasyabuh dan dikaitkan dengan hadits lain serta pemahaman kita akan interaksi berbagai budaya di dunia. Kembali ke contoh awal di tulisan saya ini, apa Anda lantas merasa jadi kafir hanya karena makan dengan sumpit dan menonton atau ikut bermain sepak bola?

Dalam tradisi hukum Islam dikenal kaidah al-‘adah muhakkamah. Tradisi yang tidak bertentangan langsung dengan pokok-pokok akidah itu bisa diakui dan diakomodir dalam praktik maupun ekspresi keislaman kita. Kaidah ini membuat Islam bisa menerima berbagai budaya tanpa harus kehilangan identitas keislaman kita. Itu pula yang dilakukan Walisongo saat mengakomodir budaya dan tradisi Nusantara.

Saya tidak ingin memberi fatwa boleh atau tidaknya merayakan ini dan itu, boleh tidaknya memakai ini dan itu. Anda putuskan sendiri saja. Semoga penjelasan saya ini cukup menjadi bahan pertimbangan Anda. Hidup ini pilihan. Selamat memilih, dan Selamat Tahun Baru 2018!