Sabtu, 31 Agustus 2019

8 HAL TENTANG BULAN MUHARRAM


Kita akan menyongsong bulan Muharram sebagai  Awal Pergantian Tahun Baru Hijriyah dari 1440 H menuju 1441H

8 HAL TENTANG BULAN MUHARRAM

1. Bulan Muharam adalah salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan Allah swt ( Rajab,  DzulQa'dah dan Dzulhijjah )
Firman Allah Ta’ala  :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِن أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”
(QS. At Taubah : 36)

2- Pada bulan Muharam (dan 3 bulan haram lainnya) di larang  melakukan perbuatan haram, perbuatan maksiat, dosa, kemungkaran dan kezaliman karena mulianya bulan tersebut. Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci. Melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”

3-  Bulan Muharam adalah bulan Istimewa karena disebut Bulan Allah ( Syahrullah ), Ketika segala sesuatu disandarkan pada lafazh Jalaalah Allah, maka ini menunjukkan Keagungan dan Keistimewaan bulan tersebut, sebagaimana  penyebutan Baitullah (rumah Allah) untuk Ka’bah atau Ahlullah (keluarga Allah) bagi para penghafal Al-Qur’an yang mengamalkannya. Penyandaran Muharam sebagai Syahrullah tidak terdapat pada bulan-bulan yang lainnya.
Rasulullah SAW bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah bulan Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim)

4- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan khususnya pada tanggal 10 dan 9 (’Asyura dan Tasu’a), menghapus dosa setahun yang lau.
سئل رسول الله صلّى الله عليه و سلّم عن صيام يوم عاشوراء فقال : يكـفّـر السنة الماضية – رواه مسلم
Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari ’Asyura (tanggal 10 Muharram), maka Beliau bersabda : ”Bisa menghapus (dosa-dosa kecil) satu tahun yang lewat.
(HR. Muslim)

و قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لئن بقيت إلى قابل لأصومنّ التاسع  –  رواه مسلم
Rasulullah SAW bersabda : ”Kalau Aku hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan puasa pada tanggal 9 (Muharram).
(HR. Muslim)

5-  Bulan Muharrom adalah bulan yang  sarat dengan pahala dan ladang amal bagi orang yang mengumpulkan bekal untuk akhirat, maka kesempatan memperbanyak amal sholih terbuka lebar, mis berpuasa, bertaubat dan muhasabah diri, tidak berbuat zalim, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, sedekah dan infaq, menjenguk orang sakit, berzikir dan memperbanyak doa dllnya.

6- Di Bulan Muharram pada hari Asyuro dianjurkan menyenangkan dan menggembirakan keluarga dengan memberi mereka kelapangan seperti memberi hadiah, menambah uang belanja, atau buka bersama di luar rumah dll
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka ia takkan kesulitan di waktu lain sepanjang tahun itu”
(HR. Thabrani)

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي سَنَتِهِ كُلِّهَا
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan melapangkannya di keseluruhan tahun itu”
(HR. Thabrani dan Hakim)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ أَهْلِهِ طَوْلَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan kepada keluarganya sepanjang tahun itu”
(HR. Baihaqi)

7- Beberapa peristiwa sejarah terjadi di bulan Muharram pada hari Asyuro ( tanggal 10 Muharram)  diantaranya :
a. Allah swt menerima taubat Nabi Adam as.
b. Nabi Nuh as turun dari kapal beliau
c. Nabi Musa as selamat dari kejaran Firaun
d. Selamatnya Nabi Ibrahim dari siksa api Namrud
e. Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara Mesir
f. Nabi Yunus keluar dari perut ikan hiu
g. Nabi Ayyub disembuhkan dari penyakitnya

8- Hijrahnya Rasulullah ke Madinah ditetapkan sebagai awal penanggalan Islam, dimulai dari bulan Muharram, ini menandai perpindahan suatu peradaban, dari peradaban Jahiliyah menuju Peradaban dan Kejayaan umat Islam,

Semoga Kejayaan dan Kemenangan Islam Bangkit lagi DIMULAI dari kesadaran umat Islam untuk hijrah ke bulan hijriyah, sampai menjadikan Islam sebagai Panduan dan Acuan dalam kehidupan sehari-hari.

Rabu, 21 Agustus 2019

US DUR, SANG GURU BANGSA DAN TOKOH PERDAMAIAN DUNIA

Gus Dur KH Abdurrahman Wakhid adalah contoh teladan untuk pemersatu dunia..
Walaupun di alam barzah namun Gus Dur bisa menjadi peredam konflk.

Gus Dur yang meninggal hanya raganya yang tersimpan di istana megah alam barzah
Namun sebenarnya gusdur masih hidup untuk menanggulangi pertumpahan darah

Pondok pesantren di Papua tidak jadi dibakar karena melihat Poto Gus Dur

Orang Papua sangat hormat kepada Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, presiden ke-empat Republik Indonesia. Ia bahkan digelari Bapa Orang Papua.

Pada tahun 1999, Gus Dur memutuskan mengembalikan nama Irian Jaya menjadi Papua. Ia 'membiarkan' Bintang Kejora berkibar, dan memberi kesempatan kepada rakyat Papua menggelar Kongres Rakyat Papua pada tahun 2000.

“Saya pikir beliau memiliki arti yang sangat banyak. Di masyarakat Papua ia memiliki arti yang luar biasa,” kata Sekjen Presidium Dewan Papua (PDP), Thaha Alhamid, dilansir dari Cendrawasih Post.

Betapa berartinya Gus Dur bagi rakyat Papua tergambar dari reaksi masyarakat awam Papua ketika ia meninggal.

”Ai, aduh. Kami, orang Papua, layak bersedih. Beliau bapak kami orang Papua. Beliau pula yang mengembalikan lagi nama Papua,” kata Anton Sumer, dikutip oleh B. Josie Susilo  Hardianto dalam tulisannya. di Kompas.

”Karena Gus Dur, kami tidak takut-takut lagi menyebut diri kami orang Papua, dan kami bangga dengan itu,” kata Yehezkiel Belaw, seorang pemuda asli Paniai. Sebelum era Gus Dur, penyebutan Papua sering mendapat stigma sebagai kaum separatis, anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).

"Bagi orang Papua, jasa-jasa Gus Dur itu tidak terlupakan, mereka bahkan menganggap bahwa Bapa orang Papua itu adalah Gus Dur," kisah Pengurus Lembaga Kajian Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Eman Hermawan saat mengisi kegiatan Kaderisasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Kuningan, Jawa Barat.

Ditambahkan, demikian cintanya orang Papua pada Gus Dur, mereka tidak rela jika Gus Dur dihina.

"Itu Gus Dur Bapak kami, kamu jangan hina bapa kami, nanti kamu saya kasih mati," kisah Eman mengungkapkannya dengan dialek Papua.

Menurut Ahmad Suhendra, seorang GusDurian dan alumni UIN Sunan Kalijaga, Gus Dur sangat peduli dengan masalah kemanusiaan,  membela kaum minoritas dan tertindas oleh penguasa atau sekelompok lain yang mayoritas, tanpa mempertimbangkan suku, agama, ras dan kelas sosial.

"Dengan gaya kepemimpinan yang santun, sederhana, tapi tegas Gus Dur dianggap ‘penyelamat’ oleh masyarakat Papua. Bahkan, ketika perayaan haul Gus Dur, tokoh-tokoh adat di Papua datang ke Jakarta untuk melaksanakan prosesi/upacara adat kepada beliau yang diwakili oleh anak kedua beliau, Yenni Wahid," tulis Suhendra.

Latar belakang ini dapat menjadi konteks bagi sebuah kisah yang belakangan ini viral di media sosial tentang bagaimana Gus Dur demikian dihormati di Papua. Kisah itu ditulis oleh Darto Syaifuddin, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Madrasatul Qur'an Al-Qolam, Papua Barat, dan alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng tahun 2000.

Dalam kisah yang ia bagikan di fans page Facebook Ulama dan Kyai Nusantara, ia mengisahkan bagaimana orang Papua batal membakar pesantrennya setelah melihat foto Gus Dur yang ada di dalam pesantren tersebut.

Kisah tersebut demikian:

Cerita berawal dari profesi saya sebagai penjual ayam, yang alhamdulillah lumayan sukses. Banyak masyarakat Papua, baik pendatang maupun asli sana yang jadi pelanggan ayam saya. Namun, dalam menyembelih ayam-ayam itu, mereka masih belum dikatakan sempurna secara syar'i.

Dari situlah awal saya memberikan sedikit demi sedikit arahan soal menyembelih hewan. A

Alhamdulillah banyak yang meniru. Di Papua sini komunitas muslim sangat minoritas. Sebetulnya banyak kelompok Islam baru yang bermunculan, namun berhaluan keras. Sehingga masyarakat asli merasa terusik dan tentu tidak begitu tertarik atas kehadiran mereka.

Karena itulah ketika kami membangun Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an (PPMQ) di Papua Barat, mereka mengira bahwa kami sama dengan komunitas muslim garis keras yang tidak simpatik kepada orang Papua dan juga adat Papua. Berkat pertolongan Allah, alhamdulillah lama-kelamaan mereka mengetahui siapa kami dan bahkan mau belajar Al-Quran kepada kami, yang hanya penjual ayam ini.

Saya tidak punya ilmu Al-Quran sebaik dan sepandai sahabat-sahabat santri lain. Saya hanya bisa alif ba', ta'. Namun semua aktivitas mengajar Qur'an kami lakukan dengan ikhlas, sesuai nasihat Romo Kiai Yusuf Masyhar.

Awal berdiri, semua menolak kehadiran PPMQ Al-Qalam. Bahkan dari pihak lintas gereja pun menolak keras (maaf, saya ngetik ini sambil menangis karena ingat waktu itu). Majelis Rakyat Papua juga menolak.

Kami dikepung. Tempat kami dikelilingi pelbagai macam sajam, tombak, panah, parang dan lainnya, hendak mengusir kami dari bumi Papua. Mereka pun merangsek masuk ke dalam pondok, ke ruang utama. Di saat itulah mereka melihat logo NU, foto Gus Dur, Kalender Tebuireng dan MQ, serta foto Mbah Hasyim dan lainnya.

Melihat semua itu, kepala suku besar berteriak ke orang-orang sudah siap dengan senjatanya di luar pondok, "Berhenti, kau punya pesantren ada hubungan apa dengan Tebuireng dan foto-foto ini?". Saya hanya diam tidak menjawab. Kondisi saat itu benar-benar mencekam.

Setelah itu, mereka meletakkan senjata semua. Duduk dengan hormat mengikuti kepala suku besarnya. Mereka berteriak, "Gus Dur... Gus Dur,.. kita punya orang tua... NU kita punya saudara...". Ya Allah ya Rabb.

Lalu mereka berkata langsung ke saya, "Pak ustadz, mulai detik ini kami yang menjaga pesantren ini, kami yang jaga". Lalu mereka berteriak bersama-sama tanda mendukung.

Alhamdulillah sampai detik ini pesantren kita berdiri, dengan dukungan mereka, sahabat kami semua, yang mengakui dan tunduk menghormati Gus Dur sebagai orang tua. Masyaallah.

Terimakasih kepada kepala suku, Gus Dur dan NU.

Sahabatku semua, ini kisah nyata yang kami alami di Papua Barat. Banyak yang belum saya ceritakan. Insyaallah lain waktu saja. Doa, berkah, serta ridho guru-guru kita di pondok pesantren sangatlah penting. Sekali lagi, berpeganglah pada Al-Quran dan berdakwalah dengan akhlak yang sejuk.
Semua akan membantu.

Darto Syaifuddin,
pengasuh PP Tahfidz Madrasatul Qur'an Al-Qolam, Papua Barat, alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng tahun 2000.

Jumat, 16 Agustus 2019

Kiai Bisri dan Ulama Jombang tentang Hormat Bendera Merah Putih

Ketika masyarakat menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan pandangan keagamaan, para ulama Nahdlatul Ulama selalu hadir memberikan jawaban dan sudut pandang. Seperti yang dilakukan para kiai Jombang. Mereka bahkan membuat forum musyawarah khusus, membahas berbagai persoalan, saling menyodorkan dalil, dan menjawab kegelisahan.

Dipimpin KH M Bisri Syansuri salah satu pendiri NU), para kiai Jombang tercatat beberapa kali mengadakan forum Musyawarah Ulama Jombang. Kegiatan ini dikoordinasi oleh Pengurus 'Imarah Masjid Jami' Kauman Utara Jombang.

Hasil dari musyawarah itu terbit menjadi buku berjudul “Muqarrarâtus Syûrâ min ‘Ulamâ Jombang” (Keputusan Musyawarah Ulama Jombang) yang berisikan lima puluh masalah agama. Di antara masalah yang dijawab adalah soal hormat terhadap bendera merah putih yang jamak dilakukan di zaman itu.

Menjawab tentang hormat bendera Merah Putih, tersebutlah dalam tanya jawab bernomor 17, sebagai berikut:

“Bagaimana hukum hormat bendera merah putih lambang negara RI sebagaimana yang berlaku ketika upacara bendera merah putih diadakan?”

Jawaban:

Mengingat bahwa bendera sang merah putih sebagai lambang negara RI  itu merupakan suatu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia, maka hukum menghormati bendera itu adalah boleh, sebab disamakan dengan diperbolehkannya mencium peti (tabut) yang diletakkan di atas maqam para wali untuk diambil barokahnya.

Keterangan dari kitab:

Hasyiah al-Bajury 'ala Syarh Ibn Qasim,

ويكره تقبيل القبر واستلامه، ومثله التابوت الذي يجعل فوقه، وكذلك تقبيل الأعتاب عند الدخول لزيارة الأولياء إلا إن قصد به التبرك بهم فلا يكره


Buku Muqarrarâtus Syûrâ min ‘Ulamâ Jombangyang memuat jawaban tentang persoalan tersebut diterbitkan pada 15 April 1981 M/ 10 Jumadil Akhir 1401 H dan ditandatangani oleh Ketua Musyawarah Ulama Jombang KH Mahfudz Anwar dan sekretarisnya H Abd. Aziz Masyhuri.

Adapun para ulama Jombang itu adalah:
1. K.H. M. Bisri Syansuri
2. K.H. Adlan Aly
3. K.H. Mahfudz Anwar
4. K.H. Syansuri Badawy
5. K. Muhdlor
6. K.H. Mansur Anwar
7. K.H. Abdul Fattah Hasyim
8. K.H. Cholil
9. K.H. Syansun

(Yusuf Suharto)

* Dikutip dari buku Hasil Keputusan Bahtsul Masa'il PCNU Jombang 2002-2015 Disertai Muqorrorot Ulama Jombang 1981
http://www.nu.or.id/post/read/77666/kiai-bisri-dan-ulama-jombang-tentang-hormat-bendera-merah-putih

Rabu, 14 Agustus 2019

BULETIN JUM’AT RISALAH NU versi DIGITAL SIAP CETAK Edisi 82

Mencari Berkah Melalui Amalan

Ada amalan-amalan tertentu yang mempunyai manfaat kepada diri kita. Amalan-amalan tersebut berupa zikir-zikir dan puji-pujian kepada Allah. Zikir menurut Syekh 'Abdul Qadir al-Jilani yaitu mengingatkan diri kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah dengan sebaik-baiknya, Tuhan Mahaagung dan Mahasuci. Syekh Ibnu Athaillah memaknai zikir yaitu mengulang-ulang nama Allah dalam hati maupun lewat lisan. Ini bisa dilakukan dengan mengingat lafal jalalah (Allah), sifat-Nya, hukum-Nya, perbuatan-Nya, atau suatu tindakan yang serupa. Zikir bisa pula berupa doa, mengingat para rasul-Nya, nabi-Nya, wali-Nya, dan orang-orang yang memiliki kedekatan dengan-Nya.”

Buletin Jumat resmi Nahdlatul Ulama untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at Risalah NU Edisi 82
https://www.risalahnu.com/blog/2019/08/14/buletin-jumat-risalah-nu-edisi-82/

Buletin Risalah NU dikelola oleh Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN/Infokom dan Publikasi) PBNU


Rekening Donasi an Majalah NU.
Bank BRI : 0335-01-001234-30.0

Konfirmasi donasi.
Setiap donatur mohon untuk memberikan konfirmasi ke :
0812 1320 93 31 (Lutfy)

Dengan format :
#Nama#Alamat#email#BesarDonasi#TanggalTransfer#Buletin

Yuk Berlangganan Majalah Risalah NU di
www.risalahnu.com


Silahkan Sebarluaskan.

Minggu, 11 Agustus 2019

Pilihan pesantren Aswaja yang dekat dengan kampus lokasi di Surabaya


Al-Hamdulillah. Di Surabaya sudah dibuatkan pilihan pesantren Aswaja yang dekat dengan kampus yang dikehendaki.

Rabu, 07 Agustus 2019

Buletin Jumat resmi Nahdlatul Ulama,Panduan Singkat Fiqh Kurban

BULETIN JUM’AT RISALAH NU
versi DIGITAL SIAP CETAK

Panduan Singkat Fiqh Kurban

“Kata kurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat (Ibn Manzhur: 1992:1:662; Munawir : 1984 :1185) . Maksudnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Kata kurban yang digunakan bahasa sehari-hari, dalam istilah agama disebut “udhhiyah” bentuk jamak dari kata “dhahiyyah” yang berasal dari kata “dhaha” (waktu dhuha), yaitu sembelihan di waktu dhuha pada tanggal 10 sampai dengan tanggal 13 bulan Dzulhijjah.”

Buletin Jumat resmi Nahdlatul Ulama untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at Risalah NU Edisi Khusus Idul Adha 1440 H/2019 M
https://www.risalahnu.com/blog/2019/08/07/buletin-jumat-risalah-nu-edisi-khusus-idul-adha-1440-h-2019-m/

Buletin Risalah NU dikelola oleh Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN/Infokom dan Publikasi) PBNU


Rekening Donasi an Majalah NU.
Bank BRI : 0335-01-001234-30.0

Konfirmasi donasi.
Setiap donatur mohon untuk memberikan konfirmasi ke :
0812 1320 93 31 (Lutfy)

Dengan format :
#Nama#Alamat#email#BesarDonasi#TanggalTransfer#Buletin

Yuk Berlangganan Majalah Risalah NU di
www.risalahnu.com


Silahkan Sebarluaskan.

Kamis, 01 Agustus 2019

BERMANHAJ DAN BERMADZHAB, NU vs WAHABI

BERMANHAJ DAN BERMADZHAB

ADA SEBUAH TULISAN yang menyatakan bahwa kita ummat islam adalah ummat yg satu (امّة واحدة) dan tidak perlu berkelompok-kelompok. Wahaby atau NU itu sama saja. Jangan mengklaim paling benar. Apa memang NU itu AGAMA yang paling benar?.
NU bukan agama. NU hanya organisasi.
Tetapi para pendiri NU menyusun sejumlah rumusan yang dipilih dari berbagai METHODE PEMAHAMAN ISLAM YANG TERUJI sepanjang ratusan tahun semenjak tahun 200-an Hijriyah sampai sekarang.

-------------------------------
Tulisan di atas itu KELIHATANNYA BENAR, namun itu benar secara global saja. Dan ketika ditelaah lebih dalam, maka akan ditemukan kekeliruannya.

Tulisan di atas sama seperti tulisan berikut ini:

Al Qur’an dan Alhadits itu PASTI BENAR. Sedangkan para Imam dan para kiyai itu BELUM TENTU BENAR. Maka nggak perlu ikut Imam atau kiyai, cukuplah ikut Alqur'an dan Alhadits.

Narasi seperti ini adalah termasuk:

كَلِمَةُ حَقٍّ وَأُرِيْدَ بِهَا الْبَاطِلُ

Kalimat yang benar tapi di(salah)gunakan secara terstruktur, sistematis dan massive...

Memang hanya Alqur'an dan Alhadits yang pasti kebenarannya. Memang pendapat para Ulama' masih mungkin salah.

Namun kebenaran Alqur'an tidak bisa diterima langsung oleh akal manusia yang sangat terbatas, sehingga karenanya kebenaran Alqur'an dan Alhadits itu harus ditangkap dan dijabarkan secara terstruktur dan sistematis melalui methodologi ilmiah yang telah teruji dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Lalu ketika ada yang menyatakan bahwa kebenaran Alqur'an dan Alhadits itu bisa diterima langsung oleh siapapun tanpa harus melalui perantara Ulama dan methodologi yang rigid (kaku),maka justru itulah bentuk penistaan secara langsung terhadap Alqur'an dan Alhadits!!!

Analogi sederhana bisa diajukan: rumah kita rata-rata hanya butuh aliran listrik sebesar 900 hingga 1200 watt. Maka jika kita aliri rumah kita dengan puluhan ribu kilowatt dan SECARA LANGSUNG dari travo utama di sebuah stasiun pembangkit listrik, tentuuuu, tentuuuu, tentuuuu rumah kita akan meletus dan terbakar!!!

Kembali ke masalah NU, yang dimaksud sebagai METHODE PEMAHAMAN ISLAM YANG TERUJI adalah sebagai berikut:

Al Qur’an atau Alhadits itu turun dengan bahasa yg universal atau sangat global dan sangat umum. Maka perlu PENJABARAN.

Nah, PENJABARAN ini harus melalui METHODOLOGI atau CARA PEMAHAMAN yang benar. Jika tidak melalui methodologi dan cara yg benar, maka justru akan sangat menyesatkan.

Contoh: Sholat, puasa dan POLIGAMI adalah SAMA-SAMA diperintahkan dalam Alqur'an.

Lalu, APAKAH POLIGAMI ITU SAMA WAJIBNYA DENGAN SHOLAT? TOH SHOLAT DAN POLIGAMI SAMA-SAMA DIPERINTAHKAN DALAM ALQUR'AN???

Tentu saja jawabannya adalah: Sholat itu wajib, poligami tidak wajib meskipun keduanya sama-sama diperintahkan dalam Alqur'an.

Lho? Mengapa harus beda? Mengapa Sholat itu wajib sedangkan poligami tidak wajib, padahal keduanya sama-sama diperintahkan dalam Alqur'an?

Di sinilah perlunya methodologi. Dan NU memilih methodologi berikut ini:

اَلْأَمْرُ الْمُطْلَقُ يُفِيْدُ الْوُجُوْبَ

Perintah yang tidak diberi embel-embel apapun seperti perintah sholat adalah berarti menghasilkan kewajiban.
Sedangkan perintah poligami adalah perintah yang diberi embel-embel lanjutan yaitu:

فَإِنْ خِفْتُمْ أَنْ لَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً...

Jika kalian khawatir tidak bisa adil antara para istri, maka monogami saja lah, jangan poligami...

Contoh kedua: NABI MUHAMMAD SAW TIDAK PERNAH MEMERINTAHKAN SIAPAPUN UNTUK MEMBUKUKAN ALQUR'AN DALAM SATU KITAB.

Dulu, Nabi wafat dalam keadaan Alqur'an masih tercecer dan terpisah-pisah.

Naaah, apakah karena Nabi tidak memerintahkan pembukuan Alqur'an maka lalu kita tidak boleh membukukanya?

Wahaby dengan METHODOLOGI PEMIKIRAN DAN PRINSIP-PRINSIP YANG DIANUTNYA SEHARUSNYA TIDAK MEMBOLEHKAN PEMBUKUAN ALQUR'AN.

SEHARUSNYA WAHABY MENOLAK PEMBUKUAN ALQUR'AN.

Tapi nyatanya Wahaby menerima pembukuan Alqur'an, padahal LOGIKA WAHABY ADALAH: SETIAP HAL YG TIDAK DIPERINTAHKAN NABI, MAKA KITA TIDAK BOLEH MELAKUKANNYA.

Dan sekali lg, Nabi Muhammad tidak pernah memerintahkan pembukuan Alqur'an.

Intinya: NU memang bukan agama. NU hanya organisasi, namun NU MEMILIH RUMUSAN METHODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM YANG SUDAH TERUJI RATUSAN TAHUN LAMANYA, SEDANGKAN WAHABY ATAU KELOMPOK SEJENIS SEPERTI HTI ATAU MTA TIDAK MEMILIKI METHODOLOGI YANG BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN.

NU tidak pernah mengaku paling benar. Namun NU memiliki methodologi untuk mencari kebenaran secara ilmiah dan bertanggung jawab.

Sreeeettt======

Amma Ba'du: MASIH TERLALU BANYAK NARASI-NARASI NON ASWAJA YANG TERLIHAT INDAH NAMUN MENYESATKAN.

MONGGOLAH WASPADA!!