Minggu, 19 Agustus 2018

Dosen Muhammadiyah Malang Puji Kehebatan NU

Tulisan Lengkap Dosen Muhammadiyah Malang Puji Kehebatan NU

Minggu, 19 Agustus 2018 | Duta Islam #03

Nurbani Yusuf Dosen UM Malang. Foto: IstimewaDutaIslam.Com – Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nurbani Yusuf memuji habis-habisan Ormas Nahdlatul Ulama (NU). Ia menyebut NU sebagai Ormas yang luar biasa.

Pujian itu disampaikan melalui sebuah tulisan yang berjudul “All NU Final: Siapapun Pemenangnya Adalah NU”. Nurbani memberikan pujian kepada NU setelah belakangan NU jadi perbincangan di jagad publik. Nurbani mengakui kehebatan NU.
Berikut ini uraian lengkap Nurbani Yusuf yang disalin dari akun Facebooknya:

All NU Final: Siapapun Pemenangnya Adalah NU

Bukan NU kalau tidak mengejutkan. Berpikir di luar kotak (out The box) dan terus tidak lelah membangun paradigma, layaknya sebagai sebuah gerbong dengan muatan penuh, NU tetap lincah bergerak dan genit. NU tak bisa ditarik dalam definisi yang rigid, sebaliknya NU selalu inklusif dan kenyal dengan berbagai kondisi.

Kader NU juga di kenal sangat loyal dengan para kiai nya tanpa banyak tanya. Yang tak suka NU, menyebutnya taqlid, padahal itu dibutuhkan, sebab banyak tanya juga kerap kontra produktif, apalagi dilanjutkan dengan menjudge pemimpinnya dengan stigma negatif hanya kebetulan tidak sehaluan.

Dalam kurun dua tahun terakhir, setidaknya NU  telah berhasil membuat Islam tetap eksis dan diperhitungkan lawan. Kader-kadernya berserak di semua lini, mulai pengusaha, politisi, teknisi, militer dan terakhir kader-kader NU berhasil memenangi sejumlah pilihan gubernur dan kepala daerah bahkan Calon Presiden dan Wakil Presiden lahir dari rahim NU, mereka para petarung yang gesit dan ulet.

*
Setelah gagasan Islam Nusantara yang penuh kontroversi karena definisi yang belum selesai, jagat politik dikejutkan dengan terpilihnya Rois Syuriah Kiai Ma'ruf Amin menjadi cawapres mendampingi petahana, pada pilihan politik yang riuh penuh ghirah. Dan terakhir pemberian Karta-NU untuk capres Prabowo dan Sandi. Lengkap sudah semua diambil.

Berbeda dengan kunjungan Prabowo-Sandi sebelumnya yang formal. Di kantor PBNU isinya hanya guyon dan tertawa ringan, lantas diakhiri dengan pemberian kartu anggota NU. Inilah cerdiknya dan sekali lagi, ini gaya Wali Songo dalam berdakwah meng-Islamkan raja-raja nusantara. Singkat, padat dan dapat banyak.

*
Nakamura (2001) dalam paper-nya yang berjudul The Radical Transformation of Nahdlatul Ulama in Indonesia, menyebut perilaku politik NU pada 1970-hingga 1990 an kerap melawan arus dari kecenderungan umum, membangun relasi antara organisasi kemasyarakatan dan pemerintah. NU adalah ormas terbuka bagi siapapun. Longgar dan fleksibel.

Tidak ribet untuk menjadi warga  NU. Jamaah tahlilan adalah NU, jamaah Yasinan adalah NU, baca qunut saat shalat shubuh adalah NU, mereka semua bisa diakomodir sebagai jam'iyah tanpa harus ribet setor pas foto, atau pembagian sertifikat setelah lulus pengkaderan. Bahkan konon ada yang merengek mengaku sebagai anggota sebuah perkumpulan tetap saja tidak diakui, hanya karena kerudungnya kurang rapat dan warnanya kebetulan berbeda. Bukan nya kartu anggota yang di dapat malah caci dan serapah.

Padahal toh sama-sama tidak ada keuntungan yang didapat sebab menjadi anggota, tidak mendapat jaminan atau kemudahan saat masuk sekolah atau sekedar keringanan beli obat saat sakit. Jadi kenapa harus dipersulit untuk menjadi jam'iyah, adalah tidak penting berideologi apa atau berasal dari partai apa yang penting NU.

Tradisi politik NU tidak melulu mengikuti textbook. Meminjam analogi Robin Bush (1999), NU pintar bermain dansa, sehingga susah dijerat atau dipaku pada posisi tertentu.

*
Hanya dengan Karta-NU, NU tak perlu bersusah-payah meng-kader seseorang untuk menjadi Presiden. Prabowo-Sandi, Jokowi-Amin telah menjadi bagian dari jam'iyah NU. Itulah manuver cerdas gaya Sunan Kalijaga. Lazimnya ijtihad, semua ada kelebihan dan ada kekurangan dan itulah dahsyatnya ushul fiqh yang dipegang kukuh: yang biasanya diramu dalam kaidah ushul fiqh: dar'u al-mafasid muqaddam 'ala jalb al-mashalih (menghindarkan keburukan jauh lebih diutamakan daripada meraih kebaikan).

Para pengamat gampang sekali bilang bahwa NU uportunis, in-konsisten atau lebih mengutamakan tujuan jangka pendek, tapi bukan NU kalau tidak bisa memberi alasan telogis. Dan hasilnya memang luar biasa.

@nurbaniyusuf
Guru di Univ. Muhammadiyah Malang dan Penggiat Komunitas Padhang Makhsyar.

NU memang begitu bukan? [dutaislam.com/pin]

ALLAH sudah BOSAN dgn SAMPEYAN???

ALLAH sudah BOSAN dgn SAMPEYAN???

Seorang tukang tambal panci bocor bertanya pada seorang Ustadz di kampung yang jadi salah satu langganannya.

"Pak ustad, kenapa ya saya kok merasa susah dan penuh masalah. Cari rizki sulit, cari pekerjaan susah, pokoknya amburadul hidup saya.

Saya juga merasa jenuh dengan hidup saya yang begini2 aja..! Terasa hambar, tak ada arahnya, dan tak ada nikmatnya. Bosan saya ustadz. Saya ingin bahagia tapi kenapa susah sekali ya?"

"Oooo..! Mungkin saat ini Allah juga lagi BOSAN dengan sampean."

"Hahh! Allah bosan dengan saya ? Maksudnya bagaimana ustadz?", tanya si tukang tambal panci bocor itu

"Mungkin Allah capek mencari sampean mas, Sebab dicari kesana kemari tapi sampean tak pernah ditemukan."

Setelah berhenti sejenak, ustadz tersebut melanjutkan,

"Sampean dicari oleh Allah diantara kumpulan orang yang sholat berjamaah di masjid, tidak ada.

Dicari di antara kumpulan DHUHA, sampean juga tak ada.

Dicari di antara kumpulan TAHAJJUD juga tak ada
Dicari di antara kumpulan PUASA Sunah yo sama sekali ga ada

Dicari di antara kumpulan SEDEKAH juga tak kelihatan batang hidungmu

Dicari di antara kumpulan TADARUSAN Qur'an, sampean juga tak nampak di sana.

Dicari di antara kumpulan orang orang yang UMROH, niat pun sampean tidak punya.

Tukang tambal panci bocor itu diam menunduk, ia merasa seperti ada sesuatu yang menohok relung hatinya.

Si ustadz kampung melanjutkan...

"Sampean dicari Allah di antara orang2 yang tepat waktu SHOLATNYA, sampean juga tak ada. Malah sholat sampean kerjakan paling belakang dibanding aktivitas lainnya.

Memangnya siapa yang ngasih waktu dan umur pada sampean??

Dicari di antara Ahli SHOLAWAT pun tak ada.

Dicari di antara yang MENUNTUT ILMU (agama/pengajian/ta'lim), Yo blas ga ada!

Dicari diantara orang yang mengamalkan dan menegakkan SILATURRAHIM, sampean ga ada juga sampeyan sok sibuk... sok repot... ngutak-ngatik yg kurang manfaat

Terus Allah mau mencari sampean di mana lagi? Coba sampean beritahu..!

Tukang tambal panci bocor itu diam. Palu yang yang asalnya dia pukul2kan ke body panci mendadak berhenti

"Bicaralah... Ayo ngomong, jangan diam aja skrg', " ucap ustadz kampung itu

Maka menangislah si tukang tambal panci bocor tadi. Sambil mengusap airmatanya yang bercucuran, seperti cucuran air hujan yang meresap lewat genteng bocor, ia lalu berkali2-Istighfar.

"Astagfirullahaladzim ya Allah Ustadz....sy tobat ....sy sadar. Tobattt

"Hidup itu sederhana, mas"...
"Kalau kita memprioritaskan Allah..., Dia pun pasti memprioritaskan kita."

...Monggo koreksi diri, mumpung masih ada waktu..🙂

Perbedaan Idul Adha Pemerintah Indonesia dan Arab

Puasa Arafah adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini sangat dianjurkan sesuai sabda Rasulullah SAW berikut ini:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الَّذِيْ قَبْلَهُ وَالَّتِيْ بَعْدَهُ


Rasulullah SAW bersabda, “Puasa pada hari Arafah bisa menghapus (dosa) setahun yaitu tahun yang sebelum dan sesudahnya,” (HR Muslim).

Adapun perihal hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah ini kerap menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Sebagian masyarakat menganggap tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada peristiwa wuquf jamaah haji di Arab Saudi. Sementara sebagian masyarakat menganggap tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari kesembilan setelah penetapan awal bulan Dzulhijjah.

Masalah ini pernah diangkat dalam bahtsul masail pada Forum Muktamar Ke-30 NU di Pesantren Lirboyo, Kediri, November 1999 M. Peserta forum Muktamar NU saat itu dihadapkan pada kenyataan di mana waktu di Indonesia lebih cepat kira-kira 4-5 jam dari waktu Saudi Arabia. Dengan demikian, waktu sahur atau buka puasa bagi Muslimin di Indonesia lebih cepat kira-kira 4-5 jam.

Pertanyaannya kemudian adalah puasa sunnah hari ‘Arafah bagi kaum Muslimin yang tidak sedang melakukan ibadah haji, apakah karena peristiwa wuquf atau karena kalender bulan Hijriyah?

Forum muktamar NU ketika itu menjawab bahwa puasa yang dilakukan adalah karena yaumu ‘Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan rukyatul hilal. Mereka mengutip antara lain Kitab Futuhatul Wahhab karya Syekh Sulaiman Al-Jamal.

وَقَدْ قَالُوا لَيْسَ يَوْمُ الْفِطْرِ أَوَّلَ شَوَّالٍ مُطْلَقًا بَلْ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ وَكَذَا يَوْمُ النَّحْرِ يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ وَيَوْمُ عَرَفَةَ الَّذِي يَظْهَرُ لَهُمْ أَنَّهُ يَوْمُ عَرَفَةَ سَوَاءٌ التَّاسِعُ وَالْعَاشِرُ لِخَبَرِ الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ وَفِي رِوَايَةٍ لِلشَّافِعِيِّ وَعَرَفَةُ يَوْمَ يَعْرِفُ النَّاسُ وَمَنْ رَأَى الْهِلَالَ وَحْدَهُ أَوْ مَعَ غَيْرِهِ وَشَهِدَ بِهِ فَرُدَّتْ شَهَادَتُهُ يَقِفُ قَبْلَهُمْ لَا مَعَهُمْ وَيُجْزِيهِ إذْ الْعِبْرَةُ فِي دُخُولِ وَقْتِ عَرَفَةَ وَخُرُوجِهِ بِاعْتِقَادِهِ

Artinya, “Para ulama berkata, ‘Hari raya fitri itu bukan berarti awal Syawwal secara mutlak, (namun) adalah hari di mana orang-orang sudah tidak berpuasa lagi, demikian halnya hari nahr adalah hari orang-orang menyembelih kurban, dan begitu pula hari Arafah adalah hari yang menurut orang-orang tampak sebagai hari Arafah, meski tanggal 9 dan 10 Dzulhijjah, mengingat hadits, ‘Berbuka (tidak puasa lagi) yaitu hari orang-orang tidak berpuasa dan Idul Adha adalah hari orang-orang menyembelih kurban,’ (HR Tirmidzi, dan ia shahihkan). Dalam riwayat Imam Syafi’i ada hadits, ‘Hari Arafah adalah hari yang telah dimaklumi oleh orang-orang.’ Barangsiapa melihat hilal sendirian atau bersama orang lain dan ia bersaksi dengannya, lalu kesaksiannya itu ditolak, maka ia harus wuquf sebelum orang-orang, tidak boleh wuquf bersama mereka, dan wuqufnya mencukupi (sebagai rukun haji). Sebab yang menjadi pedoman perihal waktu masuk dan keluarnya hari Arafah adalah keyakinannya sendiri,” (Lihat Sulaiman bin Manshur Al-Jamal, Futuhatul Wahhab bi Taudhihi Fathil Wahhab, (Mesir, At-Tujjariyah Al-Kubra: tanpa catatan tahun), jilid II, halaman 460).

Dari keterangan ini kita menyimpulkan bahwa hari puasa sunnah Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah yang penetapan awal bulannya didasarkan pada aktivitas rukyatul hilal pada negeri tersebut, bukan pada hari di mana para jamaah haji melakukan wuquf di bukit Arafah, Arab Saudi.

harus mengikuti rukyat orang Indonesia dan tidak boleh mengikuti rukyat orang Mekah

Dalam hadis sahih riwayat Muslim diceritakan bahwa suatu saat, Kuraib diutus Ummul Fadhl bintil Harits untuk menemui Mu’awiyah di Syam (Damaskus). Setelah menyelesaikan keperluan di Syam, datanglah bulan Ramadan dan Kuraib melihat hilal Ramadan pada hari Jumat.

Akhir bulan Ramadan Kuraib kembali ke Madinah, dan ditanya oleh Ibnu Abbas tentang melihat hilal Ramadan. Kuraib menjawab, “Saya melihat hilal Ramadan di Syam pada hari Jumat.” Ibnu Abbas sendiri melihatnya di Madinah pada hari Sabtu dan warga Madinah berpuasa hingga 30 hari. Kata Kuraib, “Apakah tidak cukup kita menggunakan rukyat warga Syam?” “Tidak!” jawab Ibnu Abbas. “Begitulah perintah Nabi Saw.” Tambahnya
Demikianlah, warga Madinah tidak boleh ikut-ikutan warga Damaskus dalam memulai puasa atau berlebaran. “Apabila antara Madinah dan Damaskus saja seperti itu, padahal jaraknya tidak terlalu jauh, apalagi antara Indonesia dan Mekah yang jaraknya cukup jauh. Maka berdasarkan hadis Kuraib tadi, orang yang tinggal di Indonesia dalam beribadah, puasa dan berlebaran, termasuk lebaran Idul Adha harus mengikuti rukyat orang Indonesia dan tidak boleh mengikuti rukyat orang Mekah,”(Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal, 213-216).