Minggu, 31 Maret 2019

Selasa, 19 Maret 2019

Keutamaan Shalawat atas Nabi Muhammad SAW

Allah s.w.t. memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad saw supaya terkumpul pujian terhadap beliau dari peghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama.

Edisi ke-62 kali ini akan membahas lebih dalam tentang :

*”Keutamaan Shalawat atas Nabi Muhammad SAW”*

Buletin Jumat resmi Nahdlatul Ulama untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at Risalah NU edisi 62
https://www.risalahnu.com/blog/2019/03/19/buletin-jumat-risalah-nu-edisi-62/

Mendownload edisi lainnya dapat di :
https://www.risalahnu.com/blog/category/buletin-jumat/

Buletin Risalah NU dikelola oleh Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN/Infokom dan Publikasi) PBNU.

Rekening Donasi an Majalah NU.
Bank BRI : 0335-01-001234-30.0
Konfirmasi donasi.
Setiap donatur mohon untuk memberikan konfirmasi ke :
1. 0857 7492 0131
2. 0813 6361 2666

Dengan format :
#Nama#Alamat#email#BesarDonasi#TanggalTransfer#Buletin

*Yuk Berlangganan Majalah Risalah NU di www.risalah.com*

Rabu, 13 Maret 2019

Buletin Jum’at Risalah NU edisi 61

“Dari Abu  Hurairah  r.a.  berkata bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan  sesungguhnya Allah memerintahkan  kepada orang-orang mukmin sebagaimana yang diperintahkan kepada para utusan-Nya....”
(Hadits Shahih, Riwayat  Muslim:  1686  dan  al-Tirmidzi: 2915. teks hadits diatas riwayat Muslim).

Edisi ke-61 kali ini akan membahas lebih dalam tentang :

“Kebaikan, Keindahan dan Kesehatan”

Buletin Jumat resmi Nahdlatul Ulama untuk dicetak jarak jauh.

Buletin Jum’at Risalah NU edisi 61
https://www.risalahnu.com/blog/2019/03/12/buletin-jumat-risalah-nu-edisi-61/

Mendownload edisi lainnya dapat di :
https://www.risalahnu.com/blog/category/buletin-jumat/

Buletin Risalah NU dikelola oleh Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN/Infokom dan Publikasi) PBNU

Rekening Donasi an Majalah NU.
Bank BRI : 0335-01-001234-30.0

Konfirmasi donasi.
Setiap donatur mohon untuk memberikan konfirmasi ke :
1. 0857 7492 0131.
2. 0813 6361 2666. (Risalah NU)

Dengan format :
#Nama#Alamat#email#BesarDonasi#TanggalTransfer#Buletin

Yuk Berlangganan Majalah Risalah NU di www.risalahnu.com

Jumat, 08 Maret 2019

URAIAN ILMIAH HUKUM PUASA RAJAB SUNNAH ATAU BID’AH

اَلسَّـــــــلَامُ عَلَيۡـــــــكُمۡ وَرَحۡمَـــــــۃُ اللّٰـــــــهِ وَبَرَكَـــاتُــــهۡ

بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيم

URAIAN ILMIAH HUKUM PUASA RAJAB

SUNNAH ATAU BID’AH?

Oleh: Buya Yahya 
(Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)

بسم الله الرحمن الرحيمالحمد لله رب العلمين..
وبه نستعين على أمور الدنيا والدين..
وصلى الله على سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين..
قال الله تعالى :
”إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين“ الأية..
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
”فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى ‏ ‏محمد ‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل بدعة ضلالة..“
أما بعد

PENDAHULUAN

Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab.

Pertama
Tidak ada riwayat yang benar dari Rasûlullâh ﷺ  yang melarang puasa Rajab.

Kedua
Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rajab yang tidak benar dan palsu.
Dan di dalam masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim.

— Pertama:
Adalah sekelompok kecil kaum muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rajab adalah bid’ah.

— Kedua:
Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rajab akan tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan palsu.

Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rajab.

Sebenarnya masalah puasa Rajab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang.

Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Allah ﷻ yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah.

Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang puasa bulan Rajab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam menyikapi hukum puasa di bulan Rajab.

Yang jelas bulan Rajab adalah termasuk bulan Haram yang 4
(Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab)
Dan bulan haram ini dimuliakan oleh Allah ﷻ sehingga tidak diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rajab.

Dan di sini kami hanya akan membahas masalah puasa Rajab, untuk masalah yang lainnya seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj dan sholat malam di bulan Rajab akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.

Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rajab.

Maka dari itu wajib bagi kami untuk menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah hukumnya adalah HARAM dan DOSA BESAR sebagaimana ancaman Rasûlullâh ﷺ dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim,

”مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار“

“Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”.

Dan perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab.

DALIL-DALIL TENTANG PUASA RAJAB

1. Dalil Tentang Puasa Rajab Secara Umum adalah untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang diharamkan yang 5.
Dan bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan.
Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari senin, puasa hari Kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rajab.

Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:

”كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ“

“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”.

Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:

”لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ“

“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah ﷻ kelak di hari qiamat”.

Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27 derajat.
Atau ibadah lain yang satu kebaikan dilipat gandakan menjadi 10 kebaikan.

Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969 :

”إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا“

“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud as, beliau sehari puasa dan sehari buka”.

2. Dalil-dalil Puasa Rejab Secara Khusus ialah Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim

أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ:
سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ..؟
وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ..
فَقَالَ:
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ:
”كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ“

Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata:
Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab
Maka Sa’id menjawab:
Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata:
“Nabi Muhammad Rasûlullâh ﷺ berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab..
Dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab..”

Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi ﷺ pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, dan Nabi ﷺ pun pernah tidak berpuasa dengan utuh.

Artinya di saat Nabi ﷺ meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib.
Begitulah yang difahami para ulama tentang amalan Nabi ﷺ.
Jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah

عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ:
أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ..
قَالَ:
وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ
قَالَ:
فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ
قَالَ:
مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ..
ثُمَّ قَالَ:
صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
قَالَ:
زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً..
قَالَ:
صُمْ يَوْمَيْنِ
قَالَ:
زِدْنِيْ
قَالَ:
صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ
قَالَ:
زِدْنِيْ
قَالَ:
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا..
رواه أبو داود
2/322
Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada Rosulullah ﷺ kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada Rosulullah ﷺ setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata:
“Yaa Rosulullah apakah engkau tidak mengenalku..?”
Rosulullah ﷺ menjawab:
“Siapa Engkau..?”
Diapun berkata:
“Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu..”
Rosulullah ﷺ bertanya:
“Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar)..”
Ia menjawab:
“Aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu..”
Maka Rosulullah ﷺ bersabda:
“Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan..”
Lalu ia berkata:
“Tambah lagi (yaa Rosulullah ﷺ)..
Sesungguhnya aku masih kuat..”
Rosulullah ﷺ berkata:
“Berpuasalah 2 hari (setiap bulan)..”
Diapun berkata:
“Tambah lagi ya Rosulullah ﷺ..”
Rosulullah ﷺ berkata:
“Berpuasalah 3 hari (setiap bulan)..”
iapun berkata:
“Tambah lagi (Yaa Rosulullah ﷺ)..”
Rosulullah SAW bersabda:
“Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom)..
Dan jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya..”

Imam Nawawi menjelaskan hadits tersebut.

قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة..
المجموع 6/439

Sabda Rosulullah ﷺ:

”صم من الحرم واترك“

“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”

Sesungguhnya Nabi ﷺ memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah.

Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rajab seutuhnya adalah sebuah keutamaan.
“Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439

Hadits riwayat Usamah Bin Zaid

قال قلت :
يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان
قال ذلك شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم..
رواه النسائي 4/201

Aku berkata kepada Rosulullah ﷺ:
“Yaa Rosulullah ﷺ aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban..”
Rosulullah ﷺ menjawab:
“Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah ﷻ dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”.
HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201

Imam Syaukani menjelaskan

ظاهر قوله في حديث أسامة :
إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان
أنه  يستحب صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به..
نيل الأوطار 4/291

Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rosulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan”
ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi ﷺ bahwa mereka lalai dari mengagungkan Sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan Ramadhan dan Rajab dengan berpuasa..
Naylul Author juz 4 hal 291

KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA RAJAB

Dalam menyikapi tentang puasa dibulan Rajab pendapat ulama terbagi menjadi 2, akan tetapi 2 pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di lapangan pada saat ini yaitu dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para pelaku puasa Rajab.

Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya disunnahkan puasa di bulan Rajab semuanya dan juga ada riwayat lain dari Imam Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa sebulan penuh di bulan Rajab.

Akan tetapi di dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :
1) Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rajab, atau
2) Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rajab, atau
3) Disambung dengan puasa di bulan setelah Rajab,
4) Dengan puasa di hari apapun di selain bulan Rajab.

Mungkin ada yang mendengar dari salah satu siaran radio atau selebaran yang dibagi-bagi yang mengatakan bahwasannya,
“Puasa Rajab adalah Bid’ah Dholalah”
dengan membawa Riwayat dari Nabi ﷺ yang melarang puasa Rajab atau riwayat dari Sayyidina Umar Bin Khottob yang mengatakan,
“Kami akan memukul orang yang melakukan puasa di bulan Rajab”.

Padahal riwayat tersebut adalah tidak benar dan palsu dan sungguh sangat aneh orang yang membid’ahkan puasa bulan Rajab dengan tuduhan riwayat puasa Rajab adalah hadits-haditsnya palsu akan tetapi mereka sendiri tidak sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa bulan Rajab adalah palsu.

Secara singkat para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa bulan Rajab adalah bid’ah.
Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan Rajab adalah sunnah termasuk dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.

Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa Rajab:

1. Pendapat Ulama’ Madzhab Hanafi·

Disebutkan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :

المرغوبات من الصيام أنواع ( أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ). اهـ
Puasa yang disunnahkan itu bermacam-macam:
— Puasa Muharrom,
— Puasa Rajab,
— Puasa Sya’ban, dan
— Puasa ‘Asyuro’
(tanggal 10 Muharrom)

2. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki·

Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:

أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم.
اهـ

“Sesungguhnya disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rajab”.

Disebutkan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :

بل يندب صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ

“Disunnahkan puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di bulan Muharrom kemudian Rajab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.

Disebutkan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :

التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج.
اهـ

“Melakukan puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan Rajab, bulan Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari ‘Arafah itu lebih utama bagi orang yang tidak haji”.

Disebutkan dalam Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :

وندب صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة والحجة).
اهـ

“Dan disunnahkan puasa Muharrom, Rajab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan haram lainnya yang 4..
Dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian Rajab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.

Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :

والمحرم ورجب وشعبان لو قال والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر الحرم وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة.
اهـ

“Dan disunnahkan Puasa Muharrom, Rajab dan Sya’ban, (andaikan beliau berkata) Puasa Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”
Dinukil dari Ibnu Yunus bahwasannya,
“Allah Subhanahu Wa Ta'ala ﷻ mengkhususkan bulan-bulan haram dan mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rajab, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah”.

3. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Syafi’i

Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 :

قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم.
اهـ

Berkata Ulama’ kami :
“Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab sedangkan yang paling utama adalah Muharrom”.

Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori menyebutkan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433

وأفضل الأشهر للصوم( بعد رمضان الأشهر( الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم  اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ).
اهـ

“Paling utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab sedangkan paling Utamanya adalah Muharrom”
berdasarkan riwayat dari Imam Muslim,
“Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharrom kemudian bulan haram yang lainnya..”
Secara dhohir keutamaan diantara bulan haram yang lainnya itu sama (selain Muharrom).
Dan secara dhohir mendahulukan keutamaan Rajab agar keluar dari Khilafnya ulama yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram..

Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :

... وأما استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على هذه  لشريعة المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة زجره وتعزيره التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله تعالى ويوافقه إفتاء العز بن عبد السلام  إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من منع صوم رجب وتعظيم حرمته وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن العلماء الذين دونوا الشريعة  لم يذكر أحد منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ

“Orang yang melarang puasa Rajab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan terhadap hukum syariat..
Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka wajib bagi hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman yang keras yang dapat mencegahnya dan mencegah orang semisalnya yang merusak agama Allah ﷻ..”

Izzuddin Abdus Salam,
Sesungguhnya beliau ditanya dari apa yang dinukil dari sebahagian Ahli Hadits tentang larangan puasa Rajab dan pengharamannya, dan apakah sah orang yang bernadzar puasa Rajab sebulan penuh maka beliau menjawab,
“Nadzar puasa Rajab itu sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah ﷻ..
Adapun larangan puasa Rajab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan hukum-hukum syariat..”

Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat dengan syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rajab bahkan dikatakan puasa Rajab adalah mendekatkan diri kepada Allah ﷻ (sunnah)..

Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :

أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم شعبان ).
اهـ

“Paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan bulan-bulan haram..”
Sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan Hadits riwayat Imam Muslim,
“Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Muharrom, kemudian Rajab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaan Rajab terhadap bulan-bulan haram lainnya kemudian Sya’ban”

Disebutkan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :

اعلم أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا  من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان.
اهـ

“Ketahuilah sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalah puasa bulan-bulan Haram..
Sedangkan paling utamanya adalah Muharrom kemudian Rajab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaannya atas bulan-bulan Haram yang lainnya..
Yang jelas keutamaannya sama dengan bulan-bulan haram yang lainnya kemudian Sya’ban”

4. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Hanbali

Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :

فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله ... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا , يفطر فيه ولا يشبهه برمضان ).
اهـ
Fasal :
Dan dimakruhkan mengkhususkan Rajab dengan puasa, Imam Ahmad berkata,
“Apabila seseorang berpuasa bulan Rajab maka berbukalah sehari atau beberapa hari sekiranya ia tidak puasa sebulan penuh”
Imam Ahmad berkata,
“Barangsiapa terbiasa puasa setahun penuh maka boleh berpuasa sebulan penuh kalau tidak biasa puasa setahun penuh janganlah berpuasa terus-menerus..
Dan jika ingin puasa Rajab sebulan penuh hendaknya ia berbuka di bulan Rajab (biarpun sehari) agar tidak menyerupai Ramadhan..”.

Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa Rajab.

Disebutkan dalam Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :

فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل ابن حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما. وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة.
اهـ
Fasal :
Dimakruhkan mengkhususkan Rajab dengan berpuasa berdasarkan apa yang dinukil dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh Umar dan puteranya dan Abi Bakrah.
Imam Ahmad berkata,
Diriwayatkan dari Sayyidina Umar Ra,
Sesungguhnya beliau memukul orang yang berpuasa Rajab sebulan penuh
Dan berkata Ibnu Abbas,
“Hendaknya berpuasa Rajab dengan berbuka sehari atau beberapa hari”.
Dan kemakruhan puasa bulan Rajab akan hilang dengan berbuka (walaupun sehari) atau dengan berpuasa di bulan lain selain bulan Rajab.

KESIMPULAN

Dari penjelasan dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan Rajab adalah sunnah hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh.
Dan ternyata kemakruhan puasa Rajab menurut madzhab Imam Hanbali itupun jika dilakukan sebulan penuh.

Adapun kalau berbuka satu hari saja atau di sambung dengan sehari sebelumnya atau sesudahnya.
Atau dengan melakukan puasa di selain bulan Rajab maka kemakruhannya akan hilang .

Dan mereka tidak mengatakan puasa Rajab bid'ah sebagaimana yang marak akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar selebaran, siaran radio atau internet.

Wallohua'lam bishshowab

۞اَللّٰهُـــــمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ وَعَلَی آلِ سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ۞
‎▬▬▬▬oஜ۩۞۩ஜo▬▬▬▬

دركــــــۃ يا اهــل المديـــنه
يـــا تريــــــم واهــــــلــــــها

Kamis, 07 Maret 2019

Dasar Hukum Puasa Rajab



Dasar Hukum Puasa Rajab
Islam memberi ruang seluas mungkin kepada pengikutnya untuk beribadah. Selain diperintah mengerjakan ibadah wajib, umat Islam dianjurkan pula melaksanakan ibadah sunah. Kendati pintu ibadah dibuka lebar, namun amalan yang dilakukan mesti mendapat legitimasi di dalam syariat.

Di antara ibadah yang kerap kali dipermasalahkan ialah puasa Rajab. Sebagian orang berpendapat bahwa puasa Rajab tidak diperbolehkan, alias bid’ah, karena tidak ada dalil spesifik yang membolehkannya. Bahkan, hadits-hadits keutamaan puasa di bulan Rajab kebanyakan dhaif dan maudhu’.

Namun apakah kelemahan dalil tersebut berdampak pada ketidakbolehan puasa di bulan Rajab? Jawabannya tentu tidak. Pertanyaan hukum puasa Rajab pernah ditanyakan Utsman bin Hakim kepada Sa’id Ibnu Jubair. Dialog kedua orang ini direkam oleh Imam Muslim bin Hajaj dalam kitab Shahih-nya.

حدثنا عثمان بن حكيم الأنصاري، قال: سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب ونحن يومئذ في رجب، فقال: سمعت ابن عباس رضي الله عنهما يقول: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر، ويفطر حتى نقول لا يصوم

Artinya, "Utsman bin Hakim al-Anshari berkata, ‘Saya pernah bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said menjawab, ‘Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga Beliau SAW selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak  puasa,’” (HR Muslim).

Terkait hadis ini, khususnya jawaban Sa’id Ibnu Jubair saat ditanya hukum puasa Rajab, Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim berpendapat sebagai berikut.

الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أنه لانهى عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي دود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها

Artinya, “Istidlal yang dilakukan Sa’id Ibnu Jubair menunjukan tidak ada larangan dan kesunahan khusus puasa di bulan Rajab. Hukumnya disamakan dengan puasa di bulan lainnya, sebab tidak ada larangan dan kesunahan khusus terkait puasa Rajab. Akan tetapi hukum asal puasa adalah sunah. Di dalam Sunan Abu Dawud disebutkan Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan haram (bulan-bulan terhormat). Sementara Rajab termasuk bulan haram.”

Berdasarkan pendapat Imam An-Nawawi ini, hukum puasa di bulan Rajab adalah sunah. Pendapat ini berpatokan pada hukum asal puasa itu sendiri, boleh dilakukan kapan pun kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa seperti hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha.

Di samping itu, terdapat hadits yang dikutip oleh Abu Dawud di dalam Sunan-nya yang menunjukan anjuran (kesunahan) puasa di bulan haram. Sementara Rajab termasuk bulan haram. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)Sumber :
http://www.nu.or.id/post/read/67414/dasar-hukum-puasa-rajab

AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB

AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB YANG JATUH PADA HARI JUM'AH, 8 MARET 2019

ان رجب شهرفضيل، والعبادة فيه لها اجر جليل، خصوصا الصوم فيه والاستغفار، والتوبه من الاوزار.

Oleh karena itu mari kita Muliakan bulan Rajab dengan berbagai Amal Kebaikan.

قال النبى صلى الله عليه وسلم : انيبوا الى ربكم واستغفروا من ذنوبكم واجتنبواالمعاصى فى الشهرالمحرام

Rajab juga di sebut Bulannya Allah Swt sesuai Hadits Nabi Saw :

ان رجب شهرالله وشعبان شهرى ورمضان شهرامتى

"Sesungguhnya Rajab adalah Bulannya Allah, Sya'ban adalah Bulanku dan Ramadhan adalah bulan Umatku".

-- Rajab bulan menanam Kebaikan
-- Sya'ban bulan Menyiram/ Memupuk Kebaikan.
-- Ramadhan bulan Memanen Kebaikan.
-- Bulan Rajab adalah Pintu Gerbang Ramadhan.

Diantara Amalan yang baik dilakukan pada bulan Rajab (Bulan Harom/Mulia) :
 ✳ Puasa
 ✳ Istighfar
 ✳ Do'a

Di anjurkn banyak Do'a terutama pada malam pertama bulan Rajab :

قال صلى الله عليه وسلم: خمس ليال لاترد فيه الدعاء: اول ليلة من رحب، وليلة النصف من شعبان، وليلة الجمعة، وليلة الفطر وليلة النحر.
(اخرجه السيوطى رحمه الله تعالى فى الجامع)

Di bulan Rajab ini marilah kita Menanam Kebaikan sebanyak-banyaknya, Bertaubat kepada Allah Swt dan meninggalkan Maksiat agar kita mendapat Ridho-Nya

الله سبحانه وتعالى

✳ Insya Allah 1 Rajab jatuh pada hari Jum'ah , 8 Maret 2019, maka malam awal bulan Rajab adalah Kamis malam Jumah tgl 8/3/2019

Berikut adalah Amalan dan Dzikirnya :

1. Doa ketika masuk bulan Rajab :

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ

2. Lafadz niat Puasa Sunnah Rajab :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

"Saya niat Puasa esok hari di bulan Rajab Sunah karena Allah Ta'ala".

3. Doa dibaca Pagi dan Sore di bulan Rajab (70x)

ّرب اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ

4. Doa dibaca antara Dhuhur dan Ashar bulan Rajab (70x) :

اَسْـتَغْفِرُ الله َ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا

5. Dibaca pada 10 hari yang pertama bulan Rajab (100x) :

سُـبْحَان الله الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ

Dibaca pada 10 hari yang kedua bulan Rajab (100x) :

سُـبْحَانَ الله ِ اْلأَحَدِ الصَّمَدِ

Dibaca pada 10 hari yang ketiga bulan Rajab (100x) :

سُـبْحَان الله الرَّؤُوْفِ

6. Membaca “Sayyidul Istighfar”
(3x Pagi dan Sore) :

اَللَّهُم َّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت

Insya Allah bermanfaat.

اَمِين... اَمِين... اَمِين يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Awal malam bulan Rajab adalah Salah satu malam pengabulan Do'a

 BULAN RAJAB 🌹🌹

In-Syaa Alloh SWT. Tanggal 1 Rajab 1440 H./2019 M. jatuh pada hari Jum'at, tanggal 8 Maret 2019. (Perhitungan Pergantian Hari dalam Islam, terhitung selepas Sholat Maghrib, pada hari Kamis, tanggal 7 Maret 2019).

Awal malam bulan Rajab adalah Salah satu malam pengabulan Do'a. Berkata Imam Syafi'i, rohimahulloh:

إن الدعاء يستجاب فى خمس ليال فى ليلة الجمعة وليلة الأضحى وليلة الفطر واول ليلة من رجب وليلة نصف الشعبان.

Artinya:
-------------
"Sungguh Do'a akan dikabulkan pada 5 (lima) malam, yaitu:
1. Malam Jum'at,
2. Malam Lebaran 'Idul Adha,
3. Malam Lebaran 'Idul Fitri,
4. Malam Pertama Bulan Rajab,
5. Malam Nishfu Sya'ban (malam kelima belas bulan Sya'ban)".

{Keterangan dari kitab "As-Sunanul Kubra", karya Imam Al-Baihaqi: 3 / 319, cetakan "Darul Fikr", Beirut, Lebanon}.

Selain itu, ada 3 (tiga) Hadits Rosululloh SAW di dalam Kitab "Al-Hawi lil Fatawi", karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi: 1 / 352, cetakan "Darul Fikr", Beirut, Lebanon tentang keutamaan Puasa di bulan Rajab, yaitu:

1. (HR Anas), Rasululloh ﷺ . bersabda :

ان فى الجنة نهرا يقال له رجب. ماؤه أبيض من اللبن وأحلى من العسل. من صام يوما من رجب سقاه الله من ذلك النهر.

Artinya:
-------------
"Sungguh di dalam surga terdapat sebuah sungai yang disebut Rajab. Airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Barangsiapa Puasa sehari di bulan Rajab, maka Alloh akan memberi minum dari air sungai itu."

2. (HR Anas), Rasululloh ﷺ. bersabda:

من صام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب له عبادة سبعمائة سنة.
Artinya:
-------------
"Barangsiapa Puasa di bulan Harom, yaitu hari Kamis, Jum'at dan Sabtu, maka akan ditulis baginya ibadah 700 (tujuh ratus) Tahun."

3. (HR Ibnu Abbas), Rasululloh ﷺ bersabda:

من صام من رجب يوما كان كصيام شهر ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه أبواب الجحيم السبعة ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية ومن صام منه عشرة أيام بدلت سيئاته حسنات.

Artinya:
-------------
"Barangsiapa Puasa sehari di bulan Rajab, bagaikan Puasa sebulan. Barangsiapa Puasa 7 (tujuh) hari di Bulan Rajab, maka 7 (tujuh) Pintu Neraka jahim dikunci gembok. Dan, barangsiapa Puasa 8 (delapan) hari di Bulan Rajab, maka 8 (delapan) Pintu Surga dibuka. Juga, barangsiapa Puasa 10 (sepuluh) hari di bulan Rajab, maka amal-amal buruknya diganti dengan amal-amal baik."

Selain itu, Rasululloh ﷺ bersabda:

من صام ثلاثة أيام من شهر حرام، الخميس والجمعة والسبت كتب له عبادة سنتين.
Artinya:
-------------
"Barangsiapa Puasa 3 (tiga) hari di bulan Harom (Dzul-Qo'dah, Dzul-Hijjah, Muharram, dan Rajab),  yaitu Puasa hari Kamis, Jum'at, dan Sabtu, maka dituliskan baginya ibadah 2 (dua) Tahun."

والله اعلم...

Senin, 04 Maret 2019

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam Depok Part 4


Kajian Sunah Shohih Muslim KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam Part 3

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh  KH. Ahmad Marwazie,  Pondok Pesantren Al Hikam Part 3

CYBER NU Beraswaja di Era Digital

“Kehadiran buku Cyber NU, saya yakin akan mampu menjadi
“pemicu awal” untuk melahirkan komitmen para Santri, untuk
selain melek dan “fasih” soal digital dan digitalisasi, tetapi yang
jauh lebih penting adalah mengisi sebanyak-banyaknya situs,
website, atau media sosial, dengan ajakan, dakwah, berbagai
gagasan yang baik, dengan mengacu pada pemahaman ajaran
Islam yang moderat, tawasuth, tawazun, tasamuh, dan ta’adul,
dan tarahum ala Aswaja.”
Sumber = https://www.4shared.com/s/fIq_ri99Nda
Prof. Dr. KH. Ahmad Rofiq
Guru Besar dan Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Semarang,
dan Ketua Forum Direktur Pascasarjana PTKIN se-Indonesia

Minggu, 03 Maret 2019

Kenapa Rasulullah Tidak Memanggil Pamannya yang Non Muslim dengan "Hai Kafir"

Kenapa Rasulullah Tidak Memanggil Pamannya yang Non Muslim dengan "Hai Kafir"

Kira-kira ketika Nabi Muhammad SAW berbicara kepada paman Beliau, yaitu Abu Thalib, apakah memanggilnya kayak gini, "Pir, pir, woi paman kapir, sini luh, pir".

Kebayang gak sih punya paman belum masuk Islam, lagi diproses gitu. Terus kita tiap ketemu langsung bilang, "Hei kapir. Apa kabar? Masih kapir aja luh?".

Jelas gak mungkin mau masuk Islam lah si paman. Kita lagi baik-baikin biar mau masuk Islam. Eh, kok kudu sebut kekafirannya. Kan gak logis.

Kalau tidak percaya, coba sesekali buka Al-Quran terkait konteks seperti ini. Ternyata justru Al-Quran menyapa mereka dengan sangat santun.

Misalnya orang yahudi dan nasrani itu seringkali disapa dengan santu, "Wahai ahli kitab". Atau menyebutkan dinasti dan klan merrka, "Wahai Bani Israil".

Padahal kita tahu kebanyakan mereka pada kafir semua sebenarnya. Tapi rasanya beda antara disebut kafir dengan ahli kitab atau Bani Israil.

Maka orang kafir itu meski kafir, tidak harus selalu ditonjolkan kekafirannya dalam setiap event. Kadang bisa saja disebut nama kaumnya, nama keluarga bahkan bisa disapa dengan yang lebih santun, "Wahai anak-anak Adam".

Malah kalau yang kafir itu bapaknya sendiri, tetap saja dipanggil sebagai Bapak. Bukan pir, pir, kapir, nggak kayak gitu juga. Gak sopan amat nyebut bapak sendiri dengan sapaan kafir. Meski memang kafir, tapi pasti gak suka lah.

Begitulah akhlaq seorang Nabi Ibrahim kepada ayahnya sendiri yang kafir, penyembah berhala. Ibrahim ini nabi lho, jangan sembarangan main tuduh. Simak ayat berikut ini dan coba bertadabbur dengan ayat ini :

إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡـٔٗا
(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? (QS. Maryam : 42)

يَٰٓأَبَتِ إِنِّي قَدۡ جَآءَنِي مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَأۡتِكَ فَٱتَّبِعۡنِيٓ أَهۡدِكَ صِرَٰطٗا سَوِيّٗا

Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Qs. Maryam : 43)

يَٰٓأَبَتِ لَا تَعۡبُدِ ٱلشَّيۡطَٰنَۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمَٰنِ عَصِيّٗا

Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. (Qs. Maryam :44)

Tiga kali berturut-turut Ibrahim menyebut ayahnya dengan ungkapan 'ya abati'. Sebuah panggilan sayang, lebih mesra dari sebedar ya abi. Kira-kira kalau disetarakan jadi 'wahai ayahanda terkasih'.

Ibrahim tidak merasa perlu menonjolkan kekafiran ayahnya yang memang kafir itu. Beliau tidak menyapanya dengan, "Wahai ayah yang kafir". Kata kafirnya dimahdzuf tidak ditampilkan. Apa Ibrahim jadi munafik? Tidak!. Apa Ibrahim terkena pahan Islam Liberal? Tidak!!!

So, santai dulu jangan grasa grusu. Janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena itu lebih dekat kepada taqwa.

Apalagi main tuduh kesusupan lah, ini lah itu lah. Sabar saudaraku, kita masih sesama orang beriman, masih muslim. Jangan tunjukkan wajah masam bagaikan melihat Firaun. Bahkan Musa pun diperintah untuk bertutur kata yang lembut kepada Firaun sekalipun.

Saudara kita itu bukan Firaun pastinya. Berlemah lembut lah kepada sesama muslim. Hindari cara-cara kurang santun. Semoga Allah memafkan kita semua.

Disadur dari Ustadz Ahmad Sarwat, Lc. MA

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam Part 2

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie,
Pondok Pesantren Al Hikam Depok 02/03/2019

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam Part1

Kajian Sunah Shohih Muslim oleh KH. Ahmad Marwazie, Pondok Pesantren Al Hikam Depok 02/03/2019