Selasa, 23 Oktober 2018

GAME OF THRONES DAN KRITIK PADA JOKOWI oleh Satria Dharma

GAME OF THRONES DAN KRITIK PADA JOKOWI

Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan dalam acara Plenary Meeting IMF, di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jumat, 12 Oktober 2018 menggunakan analogi film seri Game of Thrones, sebuah serial televisi yang sangat popular, tentang pentingnya masyarakat dunia bersama-sama menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat.

Jokowi menggunakan kutipan kisah dalam film tersebut karena ingin menyampaikan pesan secara sederhana. Oleh sebab itu ia mengambil analogi dan ungkapan-ungkapan di serial televisi yang sudah banyak diketahui publik, khususnya para tamu IMF dari berbagai negara tersebut.

"Saya menyampaikannya juga dengan sangat sederhana. Dan perang di mana pun itu yang kalah dan menang tidak dapat manfaat kecuali porak poranda dan kesedihan masyarakat. Saya hanya ingin memberikan pesan itu," ucap Jokowi.

"Namun akhir-akhir ini, hubungan antar negara-negara ekonomi maju… semakin lama semakin terlihat seperti “Game of Thrones”…Balance of power…dan aliansi antar negara-negara ekonomi maju… sepertinya tengah mengalami keretakan…," begitu penggalan pidato Presiden Jokowi di depan forum.

Pidato Presiden Joko Widodo di pertemuan IMF-Bank Dunia membuat lini masa Twitter meledak. Topik Game of Thrones pun memuncaki trending topic di lini masa Twitter Indonesia. Apresiasi dan pujian pun dialamatkan kepada Presiden Jokowi yang membawa analogi Game of Thrones untuk membandingkan kondisi ekonomi dunia saat ini. Pidato Jokowi di IMF-World Bank ini mendapat sambutan meriah dari para tamu undangan yang hadir. Bahkan Jokowi juga mendapatkan dua kali standing applause oleh para peserta IMF-World Bank yang berasal dari 189 negara.

Anehnya Ketika Jokowi menyampaikan pesan moral tentang bahayanya perang perebutan kekuasaan yang tak bermoral dalam film Game of Thrones, para pembencinya beramai-ramai mengecamnya. Katanya film itu mengandung kisah-kisah tentang kebejatan moral, pemerkosaan, incest, dan hal buruk lain. Dan semestinya Jokowi tidak mengutip film tersebut karena akan bisa memancing rakyat Indonesia untuk menonton film tersebut. Film tersebut katanya mengandung kisah dan adegan sex, ketelanjangan, homoseksualitas, dan incest, dll. Mereka mengritik Presiden Jokowi seolah beliau menganjurkan rakyat Indonesia menonton film tsb sehingga akan merusak moral bangsa. Padahal Jokowi SAMASEKALI tidak pernah menyinggung hal tersebut. Tidak ada satu pun peserta rapat IMF tersebut yang bicara soal kemesuman di dalam film tersebut tapi mereka, para pengritik Jokowilah yang justru MEMPROMOSIKANNYA. :-(

Padahal soal kisah keburukan dan kemesuman umat itu juga ada dituliskan di kitab suci yang kita kisahkan di mana kita harus belajar dari situ. Kisah para nabi dalam kitab suci itu mengandung kisah-kisah umat yang buruk, jahat, tidak bermoral dan bahkan oleh Tuhan sampai dihukum dengan banjir, gempa, dan ditelan oleh bumi. Bahkan kisah Nabi Luth adalah tentang umatnya yang merupakan para homoseksual jenis predator paling menjijikkan yang pernah ada. Kita diharapkan untuk mengambil pelajaran moral dari kisah-kisah demikian di mana pun.

Para nabi mengajarkan kebaikan dengan menyampaikan PESAN MORAL dari kejadian yang ada dalam kitab suci. Jokowi juga menyampaikan PESAN MORAL dengan mengutip kisah yang ada dalam film tersebut. Jokowi bicara tentang bahayanya perang dagang global dan perebutan kekuasaan yang tak bermoral di film tersebut pada pemimpin bangsa lain di forum internasional. Jokowi sama sekali tidak bicara soal konten lain dalam film tersebut tapi oleh pengritik dan pembencinya Jokowi justru dikecam karena adanya konten mesum di film tersebut. Tak ada yang bicara soal konten mesum di film tersebut di forum IMF tersebut dan pesan yang disampaikan oleh Jokowi mendapat standing ovation dua kali. Tapi oleh pengritik dan pembencinya justru konten mesum dalam film tersebut yang dikupas dan diblow-up.  Jadi sebetulnya para  pembencinya yang justru MEMPROMOSIKAN kemesuman yang ada dalam film tersebut.

Jadi kalau ada dua kelompok orang yang menonton film lalu yang satu kelompok mendapatkan PENCERAHAN sedangkan kelompok lainnya  justru tertarik dengan HAL-HAL MESUMNYA kira-kira Anda masuk pada kelompok yang mana?
Jokowi dan para peserta rapat IMF bisa memetik pelajaran penting dari film tersebut dan TIDAK PERNAH bicara soal kemesuman dalam film tersebut sedangkan pengritiknya justru lebih terkesan pada kemesuman yang ada dalam film tersebut dan terus menerus MEMPROMOSIKANNYA dengan seolah mengecam Jokowi karena mengutip dari film tersebut. Jadi tahu bedanya kan antara yang ada di kepala Jokowi dengan yang ada di kepala pengritik dan pembencinya?

Kalau Jokowi bicara tentang bahayanya perang kekuasaan yang tidak bermoral sedangkan para pengritik dan pembencinya terus menerus bicara soal kemesuman dalam film tersebut lantas siapa sebenarnya yang membangkitkan minat orang untuk menonton film tersebut dan berfokus pada konten mesumnya?

Anda bisa saja berpura-pura mengecam dan mengritik orang lain mesum tapi jika yang Anda katakan dan sampaikan justru sebenarnya mempromosikan orang lain untuk menonton dan melihat hal mesum maka Andalah sebenarnya PROMOTOR KEMESUMAN itu.


Semarang, 21 Oktober 2018


Salam
Satria Dharma
http://satriadharma.com/