Senin, 08 Mei 2017

MENJAWAB BULLYING KE NU DI MEDSOS



KENAPA BANSER JAGA GEREJA?
1. Sebagai Usaha Menjaga Nama Islam
Kalau ada gereja dibom, siapa yang disalahkan? Apakah Kristen/Budha/Hindu/Konghucu? Tidak, pasti Islam. Entah si bomber memang muslim yang mengatasnamakan jihad atau pelakunya non muslim  yang jelek pasti nama Islam, kalau tidak ada gereja dibom karena diamankan Banser bukankan nama Islam tidak tercoreng. Jaga itu gereja, biar tidak ada bom dan Islam tidak dianggap teroris.
2. Menjaga Nyawa Manusia
Bom di moment Natal dan Tahun Baru kerap sekali terjadi. Bukankah mulia menjaga nyawa manusia dari bahaya? Apalagi menyelamatkan dari kematian, apapun agamanya, mereka syirik/musrik dll itu urusan mereka, bicara Tuhan urusan masing-masing, boleh kita beda Aqidah tapi kita masih satu saudara se Indonesia. Anggap sama dengan yang dilakukan Satpam/TNI/Polri/PMI/Dokter dll, menolong tanpa pandang bulu.

BANSER BUBARKAN PENGAJIAN
Iya, tapi pengajian yang bagaimana dulu? Bukankan yang dibubarkan itu para muslim anti pancasila yang ingin mengubah ideolongi Indonesia menjadi Khilafah, Padahal MUI juga menolak faham Khilafah, mana pengawal fatwanya? Pengajian kelompok seperti itu apa bedanya dengan DI/TII dulu? Apa mereka harus dibiarkan sampai membesar dan melakukan pemberontakan? Ada juga pengajian yang selalu menebar kata bid'ah untuk segala amalan NU. Maukah Anda bila suatu saat mereka besar terus menghancurkan makam kyai, ulama, nenek moyang, dan leluhur kita seperti mereka meratakan makam para pejuang Islam di tanah Arab karena alasan dosa ziarah kubur.

ADA VIDEO BANSER DANGDUTAN
Iya, tapi ketahuilah, menurut lembaga survey exit poll pada 2013, muslim ngaku NU itu ada 91jt, sementara menurut perkiraan pengurus NU bersadarkan KartaNU anggota NU itu sekitar 20-40jt. Bayangkan, orang sebanyak itu, bermacam-macam suku, pekerjaan, jenjang pendidikan, mulai profesor sampai cuma lulus SD ada di NU, wajar khan kalau isinya beragam, jadi di NU ya ada koruptor/maling/copet/pembunuh, termasuk yang suka joget dangdutan. Wajarlah, anggotanya jutaan, itu namanya oknum, di manapun tempat pasti ada yang namanya oknum, di PNS, TNI/Polri, Guru, DPR, KPK, Ormas-ormas, dll yang namanya oknum nakal pasti ada. Apalagi di ormas sebesar NU. Mau tau betapa besar NU? Lihat, tiap kabupaten ada berapa puluh kyainya, apalagi tingkat nasional, ribuan kyai, NU bukan tempat satu orang beraksi, one man show.

PENGURUS DAN KYAI NU SYIAH, LIBERAL, PKI.
Kita Nahdliyin muslim dunia maya, wabil khusus NU facebooker, kita jangan merasa lebih pintar daripada para kyai selagi kita masih doyan hidup di medsos, seberapa sich ilmu kita? Monggo lihat beranda FB orang yang nyinyirin Kyai NU, amati status & foto-fotonya, masa orang semacam itu merasa lebih paham ilmu daripada para Kyai NU kita? Masa kita lebih mendengarkan ucapan orang yang hanya eksis di medsos daripada dawuhe para kyai kita yang jelas sanad keilmuan juga garis keturunannya? Gus Dur dibully habis-habisan pada masanya kita diam saja, sekarang para kyai NU dibully juga, kita diam tidak apa-apa tapi minimal jangan ikut terhasut propaganda mereka.

SAYA ASLI NU TAPI MALU DENGAN NU SEKARANG!
KELUARGA SAYA NU TAPI SAYA KELUAR DARI NU!
SAYA TAK LAGI BANGGA NU, ADA YANG LEBIH BAIK!
Ada saja komentar seperti itu, monggo mau organisasi Islam manapun siapa yang nglarang? Trus, kenapa laporan ke saya? Masa saya harus jawab:
"Malu Sama NU? Benci Sama NU? Itu Derita Lu" :D

ADA PERTANYAAN LAGI?
Kalau Anda tanya karena kurang informasi dan minta gambaran monggo, tapi kalau sekedar ngajak debat karena ingin menjelekkan NU/merasa lebih benar/merasa NU salah, dll silahkan ikuti pemikian Anda, tidak usah kita diskusi, tidak ada manfaatnya, anggap saja NU salah dan organisasi Anda benar tanpa harus jadi dosa di kolom komentar. Status ini saya khususkan buat Warga Nahdliyin yang belum paham, atau bingung jawab bila ada pertanyaan seperti di atas, bukan buat para pembenci NU. Salam ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah buat semua.

Wallahu a'lam bissawab
Wassalamualaikum Wr Wb
Warga Jombang Pecinta Islam NUsantara
[Dimas Cokro Pamungkas]

Tidak ada komentar: