Sabtu, 30 Desember 2017

Tanggapan Gus Rijal Mumazziq Z atas Fenomena UAS

Repost

Tanggapan Gus Rijal Mumazziq Z atas Fenomena UAS;

1. Secara tradisi Ust. Abdus Shomad (UAS) sama dengan saya, bagian dari kultur besar Aswaja. Secara keilmuan beliau juga mumpuni dan pakar dalam wilayah muqaranah. Saya sudah membaca dua buku karya beliau dan 1 buku yang membahas kiprah dakwah beliau.

2. Madzhab yg beliau usung lebih identik dg Madzhab Ukhuwah. Jadi ya bisa diterima oleh beberapa pihak yang selama ini berseberangan dengan NU. Mengenai Kealiman, reputasi pribasi dan keluwesan UAS, saya nderek kesaksiannya KH. M Afifudin Dimyathi yang mengenal UAS dari dekat.

3. Menyebut Ust. Shomad secara emosional lebih stabil daripada/ dibandingkan dg Kiai Said Aqil jelas perbandingan yang njomplang dan tidak tepat. Kiai Said secara emosi lebih matang karena selama ini beliau sudah kebal dg berbagai kritik-fitnah dan bisa mendudukkan marwah organisasi secara tepat. Berkali kali beliau melakukan tabayyun secara akademik dg cara hadir di forum ilmiah klarifikasi.

4. Argumen yang dibangun oleh Pak Muflich adalah berdasarkan pengamatan medsos, makanya beliau menyebut Gus Nur alias Sugi Raharja sebagai representasi NU Garis Lurus. Padahal pengurus NU struktural nggak ada yang tahu siapa Gus Nur, bagaimana kiprah keorganisasiannya dst. Dan belum tentu pula para pegiat NU Garis Lurus sepemahaman dengan Sugi yang sering misuh jancuk jancuk itu dan latarbelakang keilmuannya tidak jelas. Menyebut Sugi sebagai representasi NU Garis Lurus sama halnya menyebut Wardi, tukang potong rumput stadion Gelora Bung Tomo yang sering misuh dan pipis sembarangan, sebagai perwakilan dan juru bicara Persebaya. Konyol!

5. Melihat kiprah  keummatan Ust. Shomad lalu menilainya sebagai KH. Hasyim Muzadi junior sah sah saja. Tapi tiba-tiba mengamini beliau sebagai calon ketua umum PBNU, wah ini yang agak aneh dan kebablasan. Sebab, dibutuhkan pengakuan kualitas diri dan keilmuan dari para ulama di tingkatan syuriah dan mustasyar NU agar bisa menembus posisi puncak dan menakhodai bahtera sebesar NU. Jangan lupa, menjadi tokoh puncak di NU itu harus siap dirisak, dimurtad-murtadkan dan dikafir-kafirkan. Tapi kalaupun Ust. Shomad bisa aktif di struktur lagi, saya kira oke saja.

6. Pak Muflich sebatas pemahaman saya dibesarkan dalam tradisi Masyumi. Jelas, ada beberapa mispersepsi dan anggapan dari seorang outsider seperti beliau dalam memahami NU dan tradisi besar yang melingkupinya. Tidak masalah dan kita apresiasi Pak Muflich.

7. Jangan lupa. Ada politisi yang berusaha mengerek Ust. Abd Shomad utk kepentingan politik praktisnya. Tahu sendiri lah siapa mereka mereka ini. Dulu mereka mengerek Habib Riziq, lalu Ust. Bachtiar Nasir. Setelah misi politik sukses, mereka ditinggal sebentar dan tampaknya 2019 akan dipakai lagi. Kini Ust. Shomad dipakai bemper. Diumbul-umbulkan. Kelompok ini juga ada di sekitar Sugi. Bagian ngipas-ngipasi. Habis Jonru, terbitla Sugi. Kelak, bukan tidak mungkin jika nasibnya sama dengan kedua tokoh sebelumnya. Habis manis sepah dibuang. Semoga UAS senantiasa diberi keberkahan oleh Allah.

8. Jangan lupa. Ada wacana membenturkan Ust. Shomad dg NU. NU diserang dg menggunakan popularitas Ust. Shomad. Ayo dilihat. Biasanya yang memuji-muji Ust. Shomad saat itu pula mendiskreditkan PBNU. Di bali, Ust. Shomad dikawal oleh PWNU Bali. Tapi ketika ditolak ceramah isu yang beredar malah PWNU Bali menghalang-halangi dakwah beliau. Di Hongkong, beliau gagal masuk karena visa. Anehnya, isu yang berhembus, adalah bahwa Kiai Said Aqil lah yang meminta agar imigrasi Hongkong menolak kedatangan beliau. Ust. Shomad yang berkiprah, NU yang dihantam. Jelas pembusukan NU secara pelan pelan. Siapa pelakunya? Cek mereka yang mengelilingi Ust. Shomad dan siapa saja memanfaatkan popularitas beliau.

Yang pasti, saya bersyukur apabila Jarjit dan keluarganya tidak terlibat dalam hoax seputar Ust. Shomad dan klaim dari Sultan Zimbabwe, eh Sultan Brunei.

Wallahu a'lam bisshawab

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nice doc thank you http://telcoconsultant.net/