Sabtu, 15 Juli 2017

Apakah mereka mengutamakan mazhab dari ucapan Nabi ?

Alangkah buruknya orang yang mengikuti pendapat mazhab dan menyia-nyiakan hadits shahih. Apakah mereka mengutamakan mazhab dari ucapan Nabi ? padahal Allah SWT telah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara melebihi suara Nabi.” (al-Hujaraat:2)                       

 Perkataan seperti diatas, bisa mengandung kebenaran namun juga bisa mengandung kesalahan fatal. Sisi benarnya, kita memang harus mendahulukan hadits dari pada perkataan manusia. Itu jelas dan tegas sekali, tidak ada seorang muslim yang hanif kecuali dia pasti akan mengakuinya.
Tapi pernyataan itu akan jadi sangat tidak benar dan inilah yang sering terjadi. Yaitu ketika mereka menabrakkan ‘hadits’ dengan pendapat ulama’ mazhab. Padahal apa ? Sesungguhnya dia sedang menabrakkan tafsiran si anu tentang hadits tersebut dengan mazhab !
Bahkan, yang lebih buruk lagi jika perkataan mereka ini bermakna persangkaan bahwa para salaf jahil ilmu hadits atau bahkan dikatakan menuruti ro’yu (akal pikiran) dan meninggalkan hadits. Ini adalah sebuah tuhmah (tuduhan) yang teramat keji kepada para ulama. Seolah-olah ulama mazhab itu jahil karena tidak paham membedakan mana hadits shahih dan dhaif.
Rupanya di zaman sekarang ini ada oknum-oknum yang ingin menjatuhkan citra para ulama fiqih. Dan kemudian dikesankan kalau ulama fiqih itu tidak paham hadits, atau malah dituduh sebagai orang yang kerjanya memakai hadits yang dhaif.
Semua ulama mazhab sudah pasti mendahulukan hadits shahih. Bahkan para pendiri dan ulama seniornya banyak yangberkapasitas sebagai muhaddits. Tidak ada rumusnya kalau ada ulama, apalagi mujtahid mutlak semacam Imam Asy-Syafi’i misalnya, kok dibilang tidak mengerti hadits atau tidak mau menggunakan hadits shahih.
Sementara jarak waktu yang memisahkan antara beliau dengan Rasulullah SAW hanya terpaut 140 tahun saja. Sementara era keemasan para muhadditsin seperti Al-Bukhari dan lainnya, baru dimulai 200 tahun sepeniggal Rasulullah SAW. Jadi era para imam mazhab yang empat itu lebih dekat ke Rasulullah SAW dari pada era para muhaddits besar.
Secara nalar yang sederhana, kemungkinan keselamatan periwayatan akan lebih baik kalau sanadnya tidak terlalu panjang.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa mazhab merupakan kebutuhan asasi untuk bisa kembali kepada Al-Quan dan As-Sunnah. Kalau ada seorang bernama MasPaijo, mas Paimin, mas Tugirin dan mas Wakijan bersikap yang anti mazhab dan mengatakan hanya akan menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah saja, sebenarnya mereka masing-masing sudah menciptakan sebuah mazhab baru, yaitu mazhab Al-Paijoiyah, Al-Paiminiyah, At-Tugiriniyah dan Al-Wakijaniyah.                       
K
Kita kembali kepada realitas ibadah kita baik yang mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh mulai dari sholat zakat puasa haji dll. semuanya kita tahu & mengerti dari guru/kyai kita, guru/kyai dari gurunya lagi terus dari gurunya lagi dan sampai khasanah imam imam mazhab.
alangkah mengagumkan sikap orang orang yang secara realita tdk bisa lepas dari sejarah jasa jasa para ulama (mazhab) yg telah mmberikan berkah ilmunya sehingga kita bisa beribadah, mngenal Islam lalu kemudian para ulama 2 itu di kesampingkan dengan dalih ingin mngikuti sunnah apakah mereka pikir ulama ulama mazhab berikut ulama ulama ahli hadis,tafsir sekaliber bukhori, muslim annawawi dan masoh banyak yang lain(beliau beliau jg bermazhab)sedang tidak mengikuti alquran hadist. ? apakah orang orang sekarang lebih hapal faham hadis di banding beliau beliau yg faham dan hafal hadis bahkan sampai ribuan dan puluhan ribu hadis beserta sanad dan matannya berikut asbabul wurudnya. orang sekarang paling pol copy paste d computer apa gadget.
mereka berdalih mazhab d zaman nabi tdk ada mazhab, yg perlu di fahami bahwa mazhab adalah suatu cara utk menghidupkan sunnah sunnah nabi dikehidupan kita sekarang ini, kita tdk mungkin tau cara berislam, beribadah, dengan baik dan benar tanpa jasa mata rantai dari mereka.
kiranya tdk perlu memutus tali simpul yg telah menyambung kan kita dengan Nabi SAW.

belajar 1 Mazhab yg benar saja susah. Apalagi belajar empat Mazhab serta Al Qur’an dan 500.000 hadits guna membanding2kan mazhab mana yang benar untuk tiap masalah
Berapa banyak sih dari kita yang punya kitab Al ‘Umm? para Imam Mazhab itu jenius. Contoh Imam Syafi’ie hafal Al Qur’an umur 7 tahun dan hafal kitab hadits Al Muwaththo umur 10 tahun.
Jadi sulit bagi kita yang Juz ‘Amma saja belum tentu hafal, tau makna Quran juga lewat terjemah, ko mau mempelajari 4 mazhab sambil menilai mazhab mana yang paling benar.
Ini ibarat anak TK yang mencoba menilai memilah dan memilih para profesor (para imam  mazhab) mana yang paling pintar di antara 4 profesor untuk tiap masalah. Mending pilih 1 dari 4 mazhab tsb, kemudian fokus mempelajarinya.

Tidak ada komentar: