Senin, 10 Juli 2017

Maulidan Haram dan Bid’ah menurut Prof. DR. Buya Hamka Muda

ORANG BERDIRI MEMBACA SHALAWAT SAAT ASYRAQAL (MAHALLUL QIYAM) ADALAH BID'AH DAN ITU BERLEBIH-LEBIHAN...

Sewaktu baru pulang dari Timur Tengah, Prof. DR. Buya Hamka, seorang tokoh dan seorang pembesar salah satu Ormas di Indonesia menyatakan bahwa Maulidan Haram dan Bid’ah tidak ada petunjuk dari Nabi Saw...Saat orang berdiri (membaca Shalawat) Asyraqal (Mahallul Qiyam) adalah Bid’ah dan itu berlebih-lebihan tidak ada petunjuk dari Nabi Saw.

Begitu juga sewaktu muda Buya Hamka juga dengan tegas menyatakan bahwa Qunut dalam Shalat Subuh termasuk Bid'ah tidak ada tuntunanya dari Rasulullah Saw, sehingga Buya Hamka tidak pernah melakukan Qunut dalam Shalat Subuhnya.

Tetapi ketika Buya Hamka sudah tua, beliau berkenan menghadiri acara Maulid Nabi Saw saat ada yang mengundangnya.

Orang-orang sedang asyik membaca Maulid Al-Barzanji dan ber-Shalawat saat Mahallul Qiyam, Buya Hamka pun turut serta asyik dan khusyuk mengikutinya.

Begitu juga ketika menginjak Usia Tua Beliau tiba-tiba membaca Do'a Qunut dalam Shalat Subuhnya.

Lantas para Muridnya bertanya: “Wahai Guru, dulu sewaktu Anda masih muda begitu keras menentang acara-acara seperti itu termasuk membaca Qunut dalam Shalat Subuh namun sekarang anda berubah?”

Dijawab oleh Buya Hamka:
“Iya, dulu sewaktu saya muda KITABNYA BARU SATU...Namun setelah saya mempelajari banyak Kitab, saya sadar ternyata Ilmu dalam Agama Islam itu sangat luas dan dulu saya baru baca satu Kitab, namun sekarang saya sudah baca SERIBU KITAB".

Diceritakan oleh KH. Zuhrul Anam  mendengar dari gurunya, Prof. DR. As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin Alwi al- Maliki Al-Hasani, dari gurunya Al-Imam Asy-Syaikh Said Al-Yamani beliau mengatakan:

اذازاد نظر الرجل واتسع فكره
قل انكاره على الناس “

Jikalau seseorang bertambah Ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya, maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain"

Maka semakin gemar menyalahkan orang lain menunjukkan semakin bodoh dan semakin dangkal Ilmunya, semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin tawadhu (rendah hati).

CARILAH GURU YANG JELAS SANADNYA DAN TIDAK PERNAH MENYALAHKAN ORANG LAIN.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى آله وصحبه اَجمَعِين

Tidak ada komentar: